Hamas Siap Berdialog dengan Utusan Donald Trump demi Gaza, Ini Syaratnya

Hamas Siap Berdialog dengan Utusan Donald Trump demi Gaza, Ini Syaratnya
Tangkapan layar dari video yang memamerkan pasukan elite Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam berpawai di Jalur Gaza, Palestina. Foto: Hamas Media Office

Persoalan Gaza kian memanas ketika Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023. Kelompok bersenjata yang saat itu dipimpin Ismail Haniyeh tersebut tidak hanya melakukan serangan, tetapi juga menculik ratusan warga dan tentara Israel.

Aksi itu memicu serangan balasan. Pasukan Pertahanan Israel atau Israel Defense Forces (IDF) membalas dengan membombardir Gaza.

Tzahal -sebutan untuk IDF dalam Bahasa Ibrani- juga melakukan sweeping demi memburu Hamas dan membebaskan warga Israel yang disandera. Namun, hal itu tidak mengendorkan Hamas.

Pada 15 Januari 2025, Hamas dan Israel mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata sebagai buah perundingan yang ditengahi Qatar, AS, dan Mesir. Kesepakatan itu juga meliputi pertukaran sandera dan tawanan.

Hingga kesepakatan itu diteken, terdapat 98 warga Israel yang disandera Hamas. Sebaliknya, ribuan warga Palestina menjadi tahanan di berbagai penjara di Israel.

Sebelum Trump kembali dilantik menjadi Presiden AS, utusan khususnya untuk wilayah Timur Tengah, Steve Witkoff, menemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 11 Januari silam.

Info yang beredar menyebut Witkoff membawa proposal tentang relokasi bagi sekitar 2 juta warga Gaza. Salah satu negara yang dipertimbangkan sebagai tujuan relokasi itu ialah Indonesia.(ArabNews/jpnn.com)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Gerakan Perlawanan Islam atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) mengaku siapa berdialog dengan pemerintahan baru AS di bawah Presiden Donald Trump.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News