Hana Tetap Sekolah, Pilih Tidak Menikah
Selasa, 12 Februari 2013 – 08:17 WIB

Hana (tengah) bersama Akiko (kiri) dan Kanae. Ketiganya mewarisi tradisi Negeri Sakura. Foto: HENNY GALLA/JAWA POS
Dalam banyak cerita pula, semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu. Setelah itu, dia menyandang gelar geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan sampai kemudian dinyatakan lulus sebagai geisha. Salah satu "sekolah" geisha terbesar ada di Kyoto, kota terbesar ketujuh di Jepang.
Sejak seorang calon geisha menginjakkan kaki di rumah barunya, dia sudah dianggap memiliki utang awal sebesar biaya yang dikeluarkan pemilik Okiya. Utang itu terus bertambah lantaran biaya pendidikan geisha, biaya perawatan kecantikan, biaya dokter juga ditalangi pemilik Okiya. Geisha biasanya akan terus mengabdikan diri hingga akhir hayatnya. Namun, ada pula geisha yang mampu menebus kembali kebebasannya sebelum mencapai usia 20-an tahun. Dia terbilang geisha sukses.
Akiko, guru geisha Hana, adalah potret perempuan penghibur yang hampir seluruh hidupnya tercurah menjadi geisha. Dia sudah menjadi geisha sejak masih belia, usia enam tahun. Ia mewarisi profesi ibunya yang pensiun setelah menikah. Lantaran gurunya adalah ibunya sendiri, Akiko tak perlu masuk ke Okiya dengan berbagai syarat.
"Saya sudah 60 tahun menjadi geisha. Dan, geisha adalah hidup yang saya pilih," ungkap perempuan sepuh itu.
SEJAK pendudukan AS terhadap Jepang, Geisha menjadi berkonotasi negatif. Meski begitu, di tengah modernitas yang mengepung, Geisha muncul sebagai
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu