Hana Tetap Sekolah, Pilih Tidak Menikah
Selasa, 12 Februari 2013 – 08:17 WIB

Hana (tengah) bersama Akiko (kiri) dan Kanae. Ketiganya mewarisi tradisi Negeri Sakura. Foto: HENNY GALLA/JAWA POS
"Sekarang Hana sangat lihai menggunakan perlengkapan geisha-nya. Dia bisa memakai kimono hanya dalam waktu 10 menit. Sementara untuk merias wajah dia butuh 20 menit," jelas Akiko.
Lalu, apakah kisah lama seperti geisha muda harus melelang keperawanan kepada penawar tertinggi masih berlaku hingga kini? "Tidak," sergah Hana. "Saya tetap sekolah. Dan, teman-teman mendukung saya, meski mereka kaget kalau saya menjadi geisha," sambungnya.
Dalam sejarahnya, geisha muda harus melelang keperawanan kepada penawar tertinggi, kemudian pendapatan dari lelang itu untuk menebus sebagian utang geisha kepada pemilik Okiya.
Setelah itu, mereka harus mencari dana sebanyak-banyaknya atau suami kaya agar dapat membiayai hidupnya yang tinggi, serta membayari sebagian utang geisha terhadap majikan mereka.
SEJAK pendudukan AS terhadap Jepang, Geisha menjadi berkonotasi negatif. Meski begitu, di tengah modernitas yang mengepung, Geisha muncul sebagai
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu