Handry Satriago, Memimpin Perusahaan Kelas Dunia dari Kursi Roda
Bos Termuda yang Suka Mengaku Tak Pernah Sakit
Selasa, 01 Februari 2011 – 07:16 WIB

Handry Satriago saat di ruang kerjanya di lantai dasar Gedung Central Park BRI, Sudirman, Jakarta, pada Jumat (28/1) lalu. Foto: Igna Ardiani/Jawa Pos
Bergabung dengan GE Indonesia sejak 1997, karier pria 41 tahun itu boleh dibilang melesat. Hanya dalam tempo 13 tahun dia sudah menempati kantor presiden GE Indonesia. Handry tidak hanya menjadi pemimpin GE Indonesia termuda yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga pimpinan pertama yang menggunakan kursi roda.
Sudah 18 tahun mobilitas Handry dibantu kursi roda. Jika ditanya penyebabnya, panjang cerita. Banyak orang yang mengidentikkan itu dengan penyakit. Tetapi, Handry bilang tidak. Dia sehat, hanya tidak bisa berjalan. Karena itu, sebenarnya dia cukup sebal jika harus bepergian dan ditanya-tanya.
"Misalnya, saat di airport, saya ditanya oleh petugas, Bapak sakit apa? Saya bilang nggak sakit. Kok di kursi roda? Ya saya jawab karena nggak bisa jalan. Tapi, karena tetap harus menuliskan sakit, akhirnya saya bilang saja saya sakit saraf," ujar Handry, kemudian tertawa. ebenarnya Handry menggunakan kursi roda bukan karena kakinya sudah tak mampu lagi berdiri maupun berjalan. Pria keturunan perantau Minang itu masih bisa melakukan keduanya. Hanya memang kualitas kakinya menurun sehingga dia hanya mampu berjalan pelan.
"Saat kuliah dulu, empat tahun saya pakai kruk," katanya. Persolannya, dia bukan tipikal orang yang senang berjalan santai. "Saya benci pelan. Nggak efektif saja hari-hari saya. Mending pakai kursi roda, cepat," tegasnya. hwal berkurangnya kemampuan kaki, kata Handry, itu terjadi karena kanker getah bening yang menyerang dirinya saat bangku kelas 2 (XI) SMA. Semula dia merasakan nyeri di sekitar tulang punggung. Rasa sakit yang menyiksa itu kemudian diikuti dengan penurunan kekuatan kaki yang makin lama terasa lemas.
Menggantungkan aktivitas pada kursi roda tak menghentikan langkah Handry Satriago mengukir karir hingga ke puncak. Dalam keterbatasan, dia kini menjadi
BERITA TERKAIT
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif