Hannah Al Rashid Enggak Minder Lawan Laki-Laki

jpnn.com - Nama Hannah Al Rashid sudah masuk jajaran aktris kenamaan Indonesia. Dia sudah membintangi film lintas genre. Bukan hanya aksi, tapi juga drama dan komedi. Nah, sebelum menjadi pemain film, dia pernah tercatat sebagai atlet pencak silat timnas Inggris pada 2002–2007.

Hannah tumbuh besar dengan film-film laga Jackie Chan dan Bruce Lee. Makanya, setelah tak lagi menjadi atlet, dengan senang hati dia terjun ke perfilman. ’’Skill silat saya bisa membantu karir di film action,’’ ujar aktris yang film barunya, Aruna dan Lidahnya, segera tayang tersebut.

Pengalamannya di pencak silat memang memudahkan langkahnya. Sutradara film omnibus 3SUM William Chandra langsung mengontak Hannah begitu tahu dia punya kemampuan bela diri. Hannah pun melakukan debut layar lebarnya tanpa hambatan di sana. Dia membintangi salah satu segmen film itu yang memang bergenre laga.

Bagi dia, yang sudah lumayan berpengalaman main film action, koreografi yang diciptakan harus dilakukan sesuai dengan karakter. ’’Nggak cuma asal gerak. Harus ada emosinya,’’ ujar perempuan 32 tahun tersebut.

Setiap kali mendapatkan peran di sebuah film, bukan berarti upaya Hannah lebih mudah. Dia harus belajar koreografi baru lagi. Ketika syuting pun, dia santai kalau mendapatkan pukulan, tendangan, atau terbanting. Total.

Saat masih sebagai atlet, dia terbiasa dengan semua itu. Dia pun tak keberatan jika harus beradegan laga dengan laki-laki. Sebagaimana yang dilakukannya dengan Yoshi Sudarso di Buffalo Boys. ’’Saya nggak minder tuh lawan laki-laki, haha,’’ katanya.

Hannah sangat setuju jika peran perempuan tangguh di film action lebih diperbanyak. ’’Jangan melulu jadi damsel in distress atau cewek lemah,’’ ujarnya antusias. Dengan adanya sosok perempuan tangguh, dia ingin penonton perempuan lebih terinspirasi. ’’Mereka bisa lebih kuat dan menjaga diri sendiri,’’ imbuhnya.

Kini, sambil menunggu film aksi terbarunya –The Night Comes for Us– tayang, Hannah ingin terlibat dalam film laga lagi. Namun, bukan sebagai karakter yang hanya doyan bertarung. Perempuan berdarah Bugis-Prancis itu ingin karakter yang diperankan turut menggerakkan jalan cerita. (len/c22/jan)