Hanoman Ngerock
Oleh Dahlan Iskan
Saya tidak jadi belajar. Pencurian listrik di Delhi - -ketika itu-- ternyata 35 persen. Yang saya maksud Delhi adalah gabungan antara New dan Old Delhi.
Waktu itu saya tidak membayangkan suatu saat saya akan ke Varanasi. Bahkan nama kota ini pun belum pernah saya dengar.
Saya bisa membayangkan tingkat pencurian listriknya. Terlihat dari ruwetnya kabel di mana-mana --bercampur aduk dengan segala macam kabel telekomunikasi.
Namun saya ke Varanasi tidak untuk kabel. Saya mau ke Kuil Hanoman. Yang di antara Kuil Hanoman seluruh India yang di Varanasi inilah yang dianggap paling tinggi.
Saya tahu itu saat di Amritsar. Sepulang dari tempat lahirnya aliran Islam Ahmadiyah. Atau sepulang dari perbatasan Pakistan --yang ada pertunjukan adu lucu antar tentara perbatasan itu. Baca juga: Nasionalisme Atraktif
Hari itu matahari sudah tenggelam. Menjelang masuk hotel saya mendengar alunan suara musik keras. Musik India. Diselingi lagu-lagu dari orang banyak. Bayangan saya seperti lagi ada konser selawat Habib Syech.
"Apa itu?" tanya saya pada yang mengantarkan saya. Ia seorang India Katolik --sejak kakek-neneknya dulu, tetapi kalau lagi ada acara-acara resmi ia mengenakan topi orang Sikh --sebagai orang asli Punjab.
"Itu perayaan Hari Raya Hanoman," jawabnya.