Hantu Pocong

Dahlan Iskan

Hantu Pocong
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya tidak pernah berpapasan dengan truk yang mengangkut kontainer di jalan raya. Tidak ada juga truk yang pakai bak terbuka. Atau yang ditutup terpal.

Baca Juga:

Truk terbaik di Indonesia pun masih terburuk di Amerika --bahkan itu pun tidak ada.

Tidak ada truk. Tidak ada trailer. Yang ada adalah jumbo beroda 18. Besar, panjang dan tertutup. Di belakang ruang kemudi ada ruang untuk kamar tidur sopir. Pun 18 wheeler sejumbo itu juga ngebut.

Saya amati hiburan di garis lurus itu: ada yang baru. Kontainer yang diangkut kereta itu bersusun dua. Alangkah hematnya angkutan barang antarkota dengan cara Amerika ini. Kontainer diangkut kereta api. Tumpuk dua pula!

Memasuki wilayah Arizona mulai ada pemandangan lain: batu. Bukit batu. Gunung batu. Gurun batu.

Dari Makkah ke Madinah juga serbabatu. Anda sudah tahu: di sana warna gunung batunya hitam. Di Arizona gunung-gunung batunya berwarna coklat muda.

Garis-garis lurus itu pun akhirnya sampai kota Yuma. Inilah kota yang juga dibelah dua: separo di Amerika, separonya lagi di Meksiko.

Pagar pembatas dua negara pun terlihat lagi. Pun setelah Yuma, pagarnya terlihat lebih nyata: pagar di tengah gurun. Lurus seperti garis di buku tulis.

Untuk keluar dari El Paso, pilihan kami hanya dua: ke Albuquerque, kota terbesar di New Mexico, lalu bermalam di Phoenix. Atau di kota Tempe.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News