Hanya Jejali Anak Pengetahuan, Bukan Mengajarkan Karakter

Dadang melihat di Indonesia sekolah cenderung mengajari anak memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya, bukan mengajarkan value (nilai dan karakter).
’’Kalau toh belajar antikorupsi, itu lebih pada tentang prinsip antikorupsi, belum pada tataran tindakan dan sikap hidup sehari-hari,’’ jelasnya.
Namun, dia melihat beberapa lembaga pendidikan sudah melakukan hal itu meski tetap harus diperluas. Media televisi, film, dan permainan seharusnya menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan-pesan antikorupsi.
Sekadar diketahui, indeks persepsi korupsi Indonesia memiliki skor 36. Menempati urutan 88 di antara 168 negara yang skornya diukur Transparency International (TI).
Menurut Dadang, pendidikan antikorupsi memang seharusnya ditanamkan sejak dini. Sebab, itu menjadi fondasi yang kukuh bagi terbangunnya generasi antikorupsi sebuah negara.
Meski, lanjut Dadang, sejauh ini belum ada korelasi langsung dalam jangka panjang terhadap indeks persepsi korupsi sebuah negara.
TII kini juga mulai mengembangkan model pembelajaran antikorupsi dengan berbagai saluran media. Salah satunya lewat ceksekolahku.or.id. ’’Itu salah satu bentuk pendidikan korupsi berbasis SMP dan SMA,’’ katanya. (gun/lum/jun/c7/ang)
SUDAH lama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) punya program pendidikan antikorupsi bagi anak usia dini. Hanya, selama ini publikasinya tidak masif
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Mendikdasmen Ungkap Pesan Penting Prabowo soal Kualitas Pendidikan Dasar
- Universitas Terbuka Luluskan 29 PMI di Korea Selatan
- Wamen Fauzan: Era Kolaborasi, Kampus Harus Bersinergi dengan Pemda
- Untar dan KSU Perkuat Kerja Sama Global Lewat Konferensi Dunia & Bertemu Presiden Taiwan
- Guru Sekolah Rakyat dari PNS & PPPK, Diusulkan Kepala Daerah
- Kemdiktisaintek Membuka Peluang Sarjana Kuliah S2 Setahun, Lanjut Doktoral