Hanya Piyama di Badan Yang Terselamatkan
jpnn.com - JONNY Buyung Saragih tak mampu menahan kesedihannya tatkala menatap puing-puing rumah yang ia diami selama sepuluh tahun terakhir, rata dengan tanah akibat kebakaran hebat yang terjadi Senin (11/8) subuh sekitar pukul 04.05 WIB.
Di tengah guyuran hujan deras, sesekali Johnny yang berteduh di salah satu rumah tetangga, persis berhadapan dengan puing-puing kediamannya yang terletak di Jalan Manunggal III, Nomor 2, Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, menatap nanar lurus ke depan.
Di tengah gurauan para sahabat, anggota DPR asal Sumatera Utara ini, seakan tak mampu menghapus sejuta kenangan indah yang ia jalani dalam rumah tersebut bersama keluarga besarnya.
“Semuanya habis terbakar. Tak ada yang tersisa. Hanya piyama di badan yang bisa saya selamatkan. Surat-surat berharga, handphone, semua habis terbakar. Enggak ada yang bisa diselamatkan. Kecuali mobil, karena memang berada di luar. Yang paling berharga bagi saya album foto. Itu album foto dari kita mulai berumah tangga, foto-foto keluarga, foto anak-anak mulai dari kecil,” kata pria kelahiran Simalungun yang akrab disapa ‘JBS’ itu menjawab JPNN saat ditemui di lokasi kebakaran.
Jonny menuturkan, sebenarnya sejak Minggu (10/8) malam, ia sudah merasa ada perasaan yang tidak enak. Tubuhnya terasa lemas. Bahkan anggota Komisi VI yang biasanya setiap malam paling cepat tidur pukul 24.00 WIB, malam itu sejak pukul 22.30 WIB sudah tertidur.
“Tapi pas jam 12 malam saya terbangun. Kemudian jam 2 dini hari dan jam 4 dini hari juga terbangun. Tapi belum ada apa-apa. Saat itu, saya sebenarnya sudah mencium seperti bau sesuatu, tapi saya pikir bukan apa-apa. Rupanya lima menit kemudian istri saya merasakan aroma terbakar. Katanya seperti bau terbakar,” ujarnya.
Sang istri dengan segera membangunkan Johnny dan bergegas keluar dari kamar, karena merasa seperti bau terbakar. Tidak berapa lama kemudian terdengar teriakan sang istri karena melihat api mulai menjalar dari salah satu kamar yang terdapat pada bagian belakang rumah yang mereka tempati sejak tahun 2004 lalu tersebut.
“Peristiwanya berlangsung begitu cepat. Bahkan setelah saya bangunkan semua seisi keluarga dan perintahkan keluar rumah, tidak ada satu barang pun yang dapat kita selamatkan. Saat itu kita ada tujuh orang di rumah. Meski begitu saya tetap bersyukur, karena kalau lima menit lagi kita terlambat keluar rumah, maka akan mengalami masalah besar untuk bisa keluar. Sebab asap di mana-mana, ditambah keadaan panik,” katanya.
JONNY Buyung Saragih tak mampu menahan kesedihannya tatkala menatap puing-puing rumah yang ia diami selama sepuluh tahun terakhir, rata dengan
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS