Harapan Bu Mega pada Kekuatan Ekonomi Tiongkok
jpnn.com, FUZHOU - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengharapkan pertumbuhan perekonomian Republik Rakyat Tiongkok (RI) tak membuat bangsa lain menderita. Ketua umum PDI Perjuangan itu mendorong Tiongkok yang kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat bisa menghadirkan solusi bagi ketimpangan akibat sistem ekonomi liberal.
Megawati menyampaikan hal itu melalui orasi ilmiah berjudul Economic Liberation Diplomacy: An elaboration of Bung Karno - Zhou Enlai Political and Economic Thoughts di Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Tiongkok, Senin (5/11). Kehadiran putri Proklamator RI Bung Karno itu di FNU dalam rangka menerima gelar kehormatan atau honoris causa (DrHC) bidang diplomasi.
Menurut Megawati, pada pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung, Bung Karno menyatakan bahwa rakyat di mana pun tidak ingin ditindas atau dieksploitasi oleh kelompok di negeri sendiri ataupun bangsa lain. Sedangkan Zhou Enlai pada forum yang sama menyatakan bahwa Tiongkok ikut KAA demi menggalang persatuan dan bukan untuk berkonflik.
Zhou Enlai, kata Megawati, mengusulkan lima prinsip. Kelima prinsip itu adalah saling menghormati kedaulatan satu sama lain, tidak saling menyerang, tidak saling mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain, kesetaraan dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta hidup berdampingan dengan damai.
“Lima prinsip ini menjadi bagian penting dan menjadi semangat Dasassila Bandung yang merupakan sepuluh prinsip yang membawa gelombang kemerdekaan dari bangsa-bangsa terjajah di Asia, Afrika dan Amerika Latin,” ujar Megawati sebagaimana siaran pers DPP PDIP.
Megawati pun meyakini pemerintah dan rakyat Tiongkok tidak setuju dengan praktik-praktik ekonomi tanpa belas kasih. Menurutnya, hal itu pula yang menjadi tekad pemerintah RRT di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
“Dalam penutupan sidang pertama Kongres Rakyat Nasional ke-13 di Beijing pada tanggal 20 Maret tahun ini, Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa tiongkok tidak akan pernah membangun dan berkembang dengan mengorbankan kepentingan bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, ekonomi Tiongkok yang meningkat bukanlah sebuah isyarat perang dagang,” ujar Megawati dalam pidato berbahasa Inggris.
Tokoh kelahiran Yogyakarta, 23 Januari 1947 itu menegaskan, paradigma perang dalam ekonomi adalah sebuah cerminan perlawanan atas liberalisme. Dalam pandangan Megawati, kekuatan ekonomi Tiongkok saat ini tak terlepas dari prinsip-prinsip yang ditularkan Zhou Enlai.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri meyakini pemerintah dan rakyat Tiongkok tidak setuju dengan praktik-praktik ekonomi yang tak berbelas kasih.
- Agung Sebut Pilkada Jateng Jadi Ajang Pertarungan Efek Jokowi vs Megawati
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Titik Pulang