Harapan Kepulauan Rempah Maluku Mendunia Lewat Musik

Harapan Kepulauan Rempah Maluku Mendunia Lewat Musik
Kota Ambon dan Teluk Ambon dilihat dari Monumen Christina Tiahahu di Karang Panjang, Ambon, Maluku. (Supplied: Maluku Province Tourism Office.)

Yerry Syauta pergi ke Jakarta tahun 1984, meninggalkan tanah kelahirannya, Maluku.

Kepulauan yang terbagi menjadi dua provinsi ini menurut data tahun 2019 berpenduduk 1,7 juta orang.

Dan meskipun di abad ini namanya tak mendunia, Kepulauan Maluku pernah menjadi wilayah yang diperebutkan bangsa-bangsa Eropa mulai abad ke-16 hingga abad 19 karena komoditas pala dan cengkeh, menjadikannya dikenal sebagai Pulau rempah-rempah.

Kini setelah masa keemasan Maluku berlalu, Provinsi Maluku masih memiliki keindahan alam pantai yang berpotensi sebagai destinasi pariwisata nasional dan mancanegara.

Tapi keindahan pantai dan alam Maluku ternyata tidak cukup. 

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Max Pattinama, mengatakan Maluku tidak masuk dalam 10 destinasi prioritas pariwisata Indonesia untuk menciptakan Bali baru.

"Maluku tidak termasuk di dalamnya. Jadi sudah bertahun-tahun kita tidak lagi mendapat dana alokasi khusus dari pemerintah pusat yang semuanya diberikan kepada 10 destinasi prioritas."

"Memang Maluku ini dilupakan, tapi saya tidak mau menyalahkan pemerintah pusat dan lebih baik menyalahkan diri saya sendiri. Keadaan ini harus diubah secara fundamental oleh orang Maluku sendiri," tutur Max.

Maluku, kepulauan yang dikenal karena rempahnya ini sudah melahirkan banyak musisi ternama

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News