Harapan Kepulauan Rempah Maluku Mendunia Lewat Musik

Harapan Kepulauan Rempah Maluku Mendunia Lewat Musik
Kota Ambon dan Teluk Ambon dilihat dari Monumen Christina Tiahahu di Karang Panjang, Ambon, Maluku. (Supplied: Maluku Province Tourism Office.)

"Waktu konflik tahun 99 di mana aku mengalami trauma, dan salah satu untuk healingnya itu adalah dengan bernyanyi."

Meski penghasilannya dari bermusik tidak sebesar Putry, Ferdi mengaku pendapatannya cukup untuk hidup sehari-hari di Ambon.

Pendapatan sampingan yang ia dapatkan dari bekerja lepaslah yang menghidupi musiknya.

"Tolok ukur kita saat ini bukan lagi Jakarta, bukan lagi bisa bermain di kota besar. Itu sekarang kita ciptakan sendiri, kita bikin skena kita sendiri yang mencoba untuk menembus ruang-ruang kosong."

"Buatku pribadi, musikku ini bukan musik yang bisa diterima oleh semua orang, sehingga menjadi musisi saja di Maluku tidak cukup ... untuk saya, pekerjaan saya yang lain seperti menulis, meneliti, menulis lagu, itu membantu saya untuk menghidupi musik yang saya yakini ini."

Dia sengaja memilih jalur indie agar tidak tergantung pada industry musik mainstream yang menurutnya hanya akan membatasinya berkreasi.

Manajer dan Rumah Produksi lokal memegang peran penting

Kiprah Putry Pasanea dan Fis Duo tidak lepas dari peran rumah produksi dan manager lokal.

Vento Batfutu pemilik rumah produksi Vento Production mengaku kerap menggunakan uang pribadinya, termasuk dalam perjalanan mengorbitkan Putry Pasanea.

Maluku, kepulauan yang dikenal karena rempahnya ini sudah melahirkan banyak musisi ternama

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News