Harga Ayam dan Telur Masih Mahal, Ini Pemicunya
jpnn.com, JAKARTA - Harga telur dan ayam masih mahal momen lebaran sudah lewat. Kementerian Perdagangan menyebut harga bahan baku ternak ayam masih tinggi. Sebagian pakan ternak mengandalkan impor sehingga harganya tertahan karena pelemahan rupiah.
Berdasar pantauan harga rata-rata telur di ibu kota melalui infopangan.jakarta.go.id, harga telur berkisar Rp 27.500–Rp 28.000 per kilogram. Lebih tinggi daripada kisaran harga normal, yakni Rp 22.000–Rp 24.000 per kilogram.
Harga ayam juga tercatat masih di level Rp 36.000 per kilogram. Harga itu masih di atas harapan pemerintah melalui Permendag 62/2018 yang menargetkan harga ayam di tingkat eceran Rp 31.500/kg (Jatim dan Jateng), Rp 33.000/kg (DKI, Jabar, dan Banten), serta Rp 34.000/kg (luar Jawa).
”Iya, harga telur ayam tinggi. Penyebabnya, harga bahan pakannya naik,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ditemui di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Selasa (10/7).
Di Jatim, berdasar data sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (siskaperbapo) yang dirilis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, rata-rata harga daging ayam broiler sebulan terakhir sempat melandai. Namun, sejak dua hari lalu, ada peningkatan. Pada 10 Juli harga naik dengan rata-rata Rp 34.261 per kg. Sedangkan untuk telur, pada 10 Juli, rata-rata harga telur ayam ras (petelur) Rp 25.472 per kg.
Menurut catatan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), sekitar 35 persen bahan baku pakan ternak masih diimpor. Pakan ternak dengan bahan baku kedelai diimpor dari Brasil, Argentina, dan AS. Sedangkan tepung daging diimpor dari AS, Australia, dan Selandia Baru.
Selain itu, menurunnya produksi bahan baku ternak dalam negeri seperti jagung membuat harga pakan semakin tinggi. ”Pakan jagung sekitar 45 persen dari produksi pakan nasional. Produksi pakan kami estimasi sekitar 19,5 juta ton per tahun,” ujar Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo.
Saat ini harga bahan baku jagung berkisar Rp 4.100–Rp 4.200 per kg. Menurut Desianto, menurunnya pasokan akan berimbas pada kenaikan harga pakan. ”Semester II produksi jagung nasional hanya sekitar 35–40 persen. Kemungkinan harga jagung naik. Ini akan menjadi faktor penambah kenaikan harga pakan karena sekitar 45 persen pakan ayam dari jagung,” tambahnya.
Harga ayam dan telur hingga saat ini masih mahal, diduga karena pakan ternak masih mengandalkan impor.
- Menko Pangan Akui Harga Telur Meroket Jelang Nataru
- Beras Belum Beres, Harga Telur dan Ayam Meroket
- Blusukan di Pasar Flamboyan Pontianak, Anies Dengar Keluhan Pedagang dan Konsumen
- Zulhas Sebut Harga Telur dan Bawang di Pasar Natar Lampung Sangat Murah
- Harga Telur Susah Turun, NFA Prediksi Akan Ada Titik Keseimbangan Baru
- Menjelang Iduladha, Harga Sembako di Pasar Tradisional Palembang Masih Fluktuatif