Harga Bahan Pangan di Australia Naik, Pengusaha Restoran Indonesia Khawatir Konsumen Lari
"Sulit kalau kita tidak naikin rate, karena untuk tawaran gaji di restoran Indonesia pasti kalah dengan tawaran gaji di restoran Western," jelas Ling Ling.
Tapi jika tidak dapat menawarkan upah lebih tinggi, Ling Ling mengatakan sejumlah restoran memutuskan untuk tidak membuka dine-in karena mengalami kekurangan staf.
"Ada resto yang terpaksa tutup, serta ada yang hanya buka empat hari dalam seminggu," ujarnya.
Mencari cara kreatif untuk bertahan
Di Melbourne, salah satu restoran Indonesia sudah lebih dulu memutuskan menaikkan harga makanannya karena kenaikan harga bahan pangan.
"Dampaknya terasa banget pada restoran kami. Mulai awal 2022 setelah pandemi, itu kenaikan harga-harga mulai terasa," ujar Misniarti Darudoyo, pemilik restoran Dapur Indo di Melbourne.
Ia menyebutkan kenaikan bahan makanan yang paling berdampak pada usaha restorannya yaitu harga daging dan 'seafood'.
"Bumbu-bumbu yang kebanyakan impor juga sudah naik, begitu pula sayuran yang datangnya dari Queensland. Memang setiap musim dingin harga sayuran selalu naik. Tapi kali ini naiknya benar-benar tinggi banget," jelas Misniarti.
"Harga makanan di restoran kami terpaksa kami naikkan kira-kira sejak tiga bulan lalu," ujarnya.
Sejumlah pengusaha restoran di Australia, termasuk restoran Indonesia mengaku terpaksa menaikkan harga makanannya, karena harga bahan dan bumbu yang juga naik
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata