Harga Bawang di Australia Tinggi, Ibu Asal Indonesia Jadi Lebih Kreatif di Dapur
Efvlyn Dermawan, seorang ibu asal Indonesia, belakangan ini terpaksa menyiasati belanja bawang yang ia lakukan hampir setiap minggu.
"Kalau untuk bawang putih, saya dulu masih beli yang benar-benar fresh, yang masih ada kulitnya, tapi sekarang saya beli yang sudah dikupas dan dibekukan," ujar ibu dua anak tersebut.
"Bawang bombay masih beli sekali-sekali, .... tapi kalau bawang merah sudah tidak pernah beli sama sekali," katanya setengah tergelak.
Banjir di sepanjang Sungai Murray di Australia, serta musim semi yang lebih sering hujan menyebabkan musim panen tertunda dan hasil panen berkurang.
Inilah yang menyebabkan kenaikan harga-harga pangan di Australia, bahkan kenaikannya di bulan September lalu menjadi yang tercepat dalam 16 tahun terakhir.
Terakhir kali harga pangan di Australia naik sangat pesat adalah di tahun 2006, ketika Topan Larry memusnahkan tanaman pisang Queensland.
Warga di Australia seperti Efvlyn yang merasakannya, termasuk saat ia membeli bawang.
Karena harga bawang merah di Australia yang sudah sangat mahal, Efvlyn hanya menggunakannya sesekali saja.
Seorang ibu asal Indonesia mengaku kenaikan harga bawang yang sangat tinggi di Australia membuat ia hanya bisa menggunakannya sesekali, tak bisa di semua masakan
- Kabar Australia: Pulau Kanguru Akan Jadi Rumah Bagi Koala
- Dunia Hari Ini: Pencarian Korban Tabrakan Pesawat dan Helikopter di AS Berlanjut
- Utak-Atik Anggaran, Maju-Mundur Ibu Kota Nusantara
- Dunia Hari Ini: Presiden Trump Mau Mendeportasi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Pro-Palestina
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas