Harga Bawang Putih Melejit, Presiden Prabowo Subianto Diminta Perbaiki Tata Kelola Importasi

Harga Bawang Putih Melejit, Presiden Prabowo Subianto Diminta Perbaiki Tata Kelola Importasi
Bawang Putih. Ilustrasi/Foto: Ricardo/JPNN com

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Research Oriented Development Analysis (RODA) Ahmad Rijal Ilyas mengatakan harga bawang putih di China dan Indonesia tidak sinkron dan selisihnya terlalu besar bahkan hampir dua kali lipat.

"Seharusnya, jika harga di China turun maka di Indonesia juga ikut turun, tetapi ini justru sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa praktik permainan importasi bawang putih di dalam negeri sangat jelas sudah sedemikan parah, sehingga konsumen menjadi korban," kata Rijal dalam keterangannya, Senin (17/2). 

Rijal menyampaikan itu menanggapi harga bawang putih yang terus melonjak di Indonesia.

Harga bawang putih, berdasarkan pantauan harga di PIHPS, Jumat (14/2), terlihat terus naik dan bertengger di Rp 44.850 per kilogram. 

Meskipun, di Jakarta dan Surabaya dilakukan operasi pasar dengan harga jual Rp 29.000 per kg, namun jumlah bawang putih yang digelontorkan tidak banyak. 

Komoditas impor yang sepenuhnya berasal dari China ini, harganya mulai turun di negara asalnya, yang semula USD 1.400 per ton, menjadi USD 1.350 per ton. 

Jika kurs dolar Rp 16.400, berarti harga bawang putih di China hanya 22.140 per kg, ditambah custom clearence dan trucking Rp 1200 per kg, jadi seharusnya harga sampai di Indonesia Rp 23.340.

Menurut Rijal, melambungnya harga bawang putih saat ini karena supply di pasar sudah mulai menipis, sedangkan awal Maret sudah masuk puasa, sehingga harga terus bergerak naik.

Harga bawang putih di China dan Indonesia tidak sinkron dan selisihnya terlalu besar bahkan hampir dua kali lipat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News