Harga BBM Tak Naik, Subsidi Membengkak Rp 60 T
Senin, 12 Maret 2012 – 15:16 WIB
JAKARTA - Pengamat Pertambangan dan Energi dari Lembaga Kajian Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto mengatakan pemerintah harus memikirkan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jika benar-benar akan merealisasikan 1 April mendatang. Menurutnya, yang paling merasakan dampak kenaikan BBM adalah masyarakat kecil. Dijelaskan Agung, pilihan terbaik yang harus dilakukan Pemerintah memang harus menaikkan harga BBM. Sebab kata dia, jika tidak dilakukan maka masyarakat harus menanggung bersama subsidi BBM yang membengkak sampai Rp 60 trilun lebih.
Pria yang akrab disapa Agung ini menilai rencana menaikan harga BBM sebetulnya bukan sekadar untuk menutupi defisit APBN. Tetapi lebih dari itu, kata dia, akan ada ratusan triliun yang akan di alokasikan ke subsidi BBM.
Baca Juga:
"Dana subsidi bisa dialokasikan ke tempat lain yang bersentuhan langsung dengan masyarakat kecil. Saat ini menurut saya kembalikan ke masyarakat, pilih di batasi atau harga di naikan, tapi semua menikmati. Kalau saya daripada di subsidi, mendingan dialokasikan kepada yang lain," kata Agung kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/3).
Baca Juga:
JAKARTA - Pengamat Pertambangan dan Energi dari Lembaga Kajian Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto mengatakan pemerintah harus memikirkan dampak
BERITA TERKAIT
- Tingkatkan Pelayanan, KAI Logistik Pangkas Waktu Tempuh Rute Bandung–Surabaya
- Kementerian BUMN Gelar Workshop Penggunaan AI Dalam Komunikasi Media Sosial
- Distribusikan Pupuk Bersubsidi, Petrokimia Gresik Siapkan Stok Lebih dari 372 Ribu Ton
- Sentinel VIP Indonesia Hadirkan Layanan dengan Konsep No Win-No Fee
- Pertamina Sukses Menjaga Pasokan Energi Nasional Selama Periode Natal dan Tahun Baru
- Makan Bergizi Gratis Bikin Warganet Nostalgia Momen Pembagian Susu di Sekolah