Harga Beras Naik tak Ada Protes, BBM Melesat Penuh Reaksi Keras
jpnn.com - JAKARTA - Bahan Bakar Minyak (BBM) dianggap sebagai komoditas yang sakral bagi pihak-pihak yang punya kepentingan politis. Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria pun tidak heran banyak pihak bereaksi keras saat harga BBM tak mengimbangi minyak dunia ketika sama-sama turun.
"Padahal kita sangat mahfum, kalau Harga BBM turun, harga sembako, sandang dan tarif transportasi tidak ikut turun. Berbeda dengan harga jual BBM naik, maka inflasi langsung meningkat dan harga-harga serta merta naik," ujar Sofyano, Minggu (20/3).
Sofyano menilai, pemerintah perlu memerhatikan hal itu dengan baik agar tidak terjebak dengan kepentingan segelintir orang. Karena, pada hakikatnya, tidak semua orang menggunakan BBM secara langsung. Berbeda dengan beras di mana semua orang Indonesia pasti makan nasi.
"Artinya, rakyat butuh stabilitas harga BBM. Jangan naik turun seperti yoyo. Harga beras naik atau turun, nyaris tidak menimbulkan reaksi dan protes keras. Tapi kalau BBM, terlihat reaksi keras pihak-pihak tertentu," ujar Sofyano. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tarif PAM Jaya Naik Pada 2025, Tetapi Tak Berlaku Untuk Kelompok Masyarakat Ini
- PT Marwi Indonesia Industrial Resmi Kantongi Izin Fasilitas Kawasan Berikat, Ini Harapannya
- Kementan-Pupuk Indonesia Teken Kontrak Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Subsidi di 2025
- Arief Poyuono Merespons Polemik PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik, Jadi Sebegini Per Gram
- Demi Kemajuan Koperasi, Forkopi Menyerukan Diakhirinya Dualisme DEKOPIN