Harga Beras Terus Melonjak, Data BPS Diragukan
jpnn.com - JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso meragukan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait stok dan produksi komoditas bahan pangan, khususnya beras. Pasalnya, data BPS selalu menunjukkan stok beras mengalami surplus.
Menurut Dwi, data tersebut berbanding terbalik dengan harga beras di pasaran yang terus melonjak. Dwi lantas mencontohkan data BPS pada 2013 lalu. Saat itu, produksi beras mencapai 43 juta ton dengan tingkat konsumsi 139 kilogram (kg) per kapita. Nyatanya, BPS Indonesia mengklaim beras masih surplus sekitar 8,4 juta ton.
"Kenyataan yang ada tidak demikian. Harga beras stabil tinggi. Bulan Februari-Maret harga turun karena masuk masa panen," ujar Dwi di saat diskusi bertema Pangan Kita di Cikini, Jakarta, Senin (25/5).
Dwi menilai, ada yang tidak beres dengan data produksi pangan nasional Indonesia. Dia berharap, hal tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang. Hal senada dikemukakan Wakil Ketua Komite IV DPD Ajiep Padindang.
"Kami kurang percaya data di BPS. Itu angka perkalian antara jumlah lahan dan setiap kali panen. Ini harus dibenahi," ujar Ajiep. (chi/jpnn)
JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso meragukan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait stok dan produksi komoditas
- Komisi XI DPR RI Desak Apple Bertanggung Jawab Atas Ketimpangan Pendapatan dan Investasi di Indonesia
- Gandeng Pengusaha Lokal, Tangkas Motor Listrik Ekspansi ke Jawa Timur
- Majoo Expert Solusi Nyata untuk Para Pelaku Usaha di Indonesia
- BNI Culture Fest 2024: Transformasi Dalam Membangun Budaya Kerja & Kinerja
- Dampingi Prabowo Bertemu PM Trudeau, Menko Airlangga: Ini Mampu Tingkatkan Perdagangan
- Kemenko Perekonomian Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital