Harga Bijih Nikel Naik, Pendapatan dan Laba NICL Terkerek

Hal ini disebabkan adanya lonjakan laba yang signifikan di semester I 2021.
Total aset perseroan sebesar Rp177 miliar per Juni 2021 relatif lebih rendah dari total aset pada Desember 2020, yaitu sebesar Rp189,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7% (ytd).
Namun di sisi lain penurunan aset tersebut dibarengi dengan penurunan hutang Perseroan dari Rp82,9 miliar pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp43,9 miliar per Juni 2021 atau turun sebesar 47% (ytd).
“Dari sisi neraca, struktur permodalan perseroan sangat solid dan didukung oleh pertumbuhan laba yang tinggi, perseroan yakin dapat terus bertumbuh di masa yang akan datang” imbuh Suhartono.
Propek industri nikel dalam beberapa tahun ke depan masih sangat menarik karena kebutuhan bijih nikel dunia akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya industri baterai untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di seluruh dunia.(chi/jpnn)
Dari sisi laba, NICL berhasil mencatatkan laba sebesar Rp26,3 miliar atau naik signifikan jika dibandingkan dengan laba bersih di semester I 2020.
Redaktur & Reporter : Yessy
- LTLS Siap Pasang Strategi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
- Berkinerja Moncer sepanjang 2024, PANI Bukukan Rekor Pendapatan & Laba
- Torehkan Kinerja Positif, Pegadaian Cetak Laba Rp 5,85 Triliun
- Bank Raya Realisasikan Buyback Senilai 22 Juta Lembar Saham Hingga Desember 2024
- Chitose Catatkan Peningkatan Laba Signifikan di Kuartal III 2024
- Q3 Bank bjb Catat Laba Konsolidasi Rp1,7 Triliun