Harga Cabai Rawit Anjlok
Rabu, 01 Juni 2011 – 11:14 WIB

Harga Cabai Rawit Anjlok
BANJARMASIN – Setelah sempat menduduki harga tertinggi sekitar Rp80 ribu sampai Rp100 ribu per kilogram, harga cabai rawit kini berangsur mulai turun. Saat ini, di pasaran tradisional Kota Banjarmasin jenis cabai rawit oleh pedagang dijual Rp40 ribu per kilogram. Sementara jenis cabai besar atau merah yang sempat mencapai Rp50 ribu per kilogram, saat ini turun drastis hanya Rp7.000 per kilogram. Turunnya harga, lanjutnya, disebabkan pasokan cabai rawit khususnya dari petani ke pedagang sudah mulai normal. Selain cabai rawit, cabai merah saat ini harganya juga telah turun menjadi Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogramnya. “Padahal harga cabai merah dulu sempat melonjak tinggi sekitar Rp40.000 sampai Rp50.000 per kilogram,” kata Ila.
Begitu juga untuk cabai tiung yang sebelumnya sempat dijual Rp80 ribu per kilogram, kini dijual hanya Rp30 ribu. “Harga cabai sejak dua hari lalu telah mengalami penurunan,” ujar Ila, salah satu pedagang cabai di kawasan Pasar Sentra Antasari.
Dia menerangkan, sejak beberapa bulan ini harga cabai, khususnya cabai rawit sempat melambung tinggi hingga kisaran Rp100 ribu lebih per kilogramnya. Tapi sejak beberapa hari ini harga cabai rawit berangsur turun atau mendekati harga normal seperti biasanya.
Baca Juga:
BANJARMASIN – Setelah sempat menduduki harga tertinggi sekitar Rp80 ribu sampai Rp100 ribu per kilogram, harga cabai rawit kini berangsur
BERITA TERKAIT
- Antares Eazy, Teknologi AI yang Aman dan Efisiensi untuk Kampus Modern
- Wamen Investasi: Danantara Akan Percepat Hilirisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
- Punya 47 Cabang, Titik Koma Berbagi Pengalaman di Tengah 'Red Ocean' Industri Kedai Kopi Indonesia
- Kinerja 2024 Moncer, LRT Jabodebek Siap Tingkatkan Pelayanan
- Amaterasun Meluncurkan Produk Sunscreen Seringan Air
- Efisiensi Anggaran, Legislator PKB Usul Gedung DPR di Jakarta, Tak Pindah ke IKN