Harga Daging Sapi Terus Meroket

Harga Daging Sapi Terus Meroket
Harga Daging Sapi Terus Meroket
Sementara kebutuhan daging sapi impor di Jakarta bisa mencapai 85 ribu ton per tahun. Kebutuhan sebesar itu antara lain diperuntukan industri besar non NAMPA sebanyak 4.250 ton, retail sebesar 10.200 ton, NAMPA sebanyak 17.000 ton, Horeca sebanyak 17.000 dan untuk Aspedata sebanyak 36.000 ton.

“Retail seperti supermarket atau hypermarket melayani ekspatriat dan warga menengah keatas. Horeca sendiri di Jakarta ada sebanyak 7 ribu pengusaha, sedangkan kelompok UKM bakso, soto, sate burger, warung padang dan warteg ada 16 ribu pengusaha. Mereka sangat membutuhkan stok daging sapi yang cukup, kalau tidak, usaha mereka terancam gulung tikar,” ujarnya.

Dengan kondisi kuota hanya 32.000 ton daging sapi impor, Sarman menegaskan Jakarta akan krisis daging sapi tahun depan, karena 100 persen suplai daging sapi di Jakarta berasal luar dan lokal. Masalahnya, suplai daging dari daerah pemasok sapi hidup juga terganggu, disebabkan daerah-daerah tersebut juga melakukan aksi unjuk rasa karena kekurangan daging sapi. Seperti Malang, Magelang, Ciamis, Tasikmalaya, Depok, Banjar dan Surabaya. Semuanya itu berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yang dulunya merupakan daerah penyuplai daging untuk Jakarta.

Sedangkan daerah pemasok daging Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak mau mengirimkan hewan sapi ke Jakarta karena biaya distrisbusinya lebih mahal. “Artinya, kebijakan pemerintah melakukan swasembada sapi jauh dari harapan. Kebijakan mengurangi kuota impor daging sapi sangat berdampak negatif buat Jakarta. karena itu, gubernur harus meminta kuota khusus buat Jakarta sebanyak 50 ribu ton daging sapi. Kalau kuota itu terpenuhi, maka tidak ada gejolak harga daging sapi,” paparnya.

JAKARTA - Harga daging sapi di Ibukota akan terus mengalami kenaikan. Ini disebabkan karena Jakarta akan mengalami krisis daging sapi berkepajanga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News