Harga Gas Tangguh Cuma Sepertiga Harga Pasar
Tiongkok Renegosiasi Kontrak Gas Tangguh
Sabtu, 31 Maret 2012 – 05:05 WIB

Harga Gas Tangguh Cuma Sepertiga Harga Pasar
JAKARTA - Jalan panjang renegosiasi kontrak ekspor gas Tangguh mulai menemukan titik terang. Pasalnya, pihak Tiongkok menyatakan siap melakukan renegosiasi dengan Indonesia.
Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R. Priyono mengatakan, kesediaan tersebut didapat dari kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Beijing beberapa hari lalu. "Sudah ada green light (lampu hijau atau persetujuan, Red)," ujarnya, Jumat (30/3).
Baca Juga:
Sebagaimana diketahui, kontrak penjualan gas dari Lapangan Tangguh, Papua, ke pembeli di Fujian, Tiongkok, yang diteken pada 2002 mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak karena formula kontrak harga gas yang dikaitkan dengan batas atas harga minyak (ceiling price). Akibatnya, ketika harga minyak melonjak tinggi, harga jual gas tidak ikut naik.
Dengan formula harga tersebut, saat ini harga gas ekspor dari Tangguh ke Fujian hanya sebesar USD 3,5 per million metric british thermal unit (mmbtu). Padahal, harga gas di pasar internasional sudah menembus angka USD 15 per mmbtu. Rendahnya harga ekspor itulah yang dikritik karena dinilai merugikan negara.
JAKARTA - Jalan panjang renegosiasi kontrak ekspor gas Tangguh mulai menemukan titik terang. Pasalnya, pihak Tiongkok menyatakan siap melakukan renegosiasi
BERITA TERKAIT
- Antares Eazy, Teknologi AI yang Aman dan Efisiensi untuk Kampus Modern
- Wamen Investasi: Danantara Akan Percepat Hilirisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
- Punya 47 Cabang, Titik Koma Berbagi Pengalaman di Tengah 'Red Ocean' Industri Kedai Kopi Indonesia
- Kinerja 2024 Moncer, LRT Jabodebek Siap Tingkatkan Pelayanan
- Amaterasun Meluncurkan Produk Sunscreen Seringan Air
- Efisiensi Anggaran, Legislator PKB Usul Gedung DPR di Jakarta, Tak Pindah ke IKN