Harga Kedelai Meroket, Tempe Langka di Pasaran
jpnn.com - DEPOK - Kenaikan harga kedelai yang tidak tertahankan berdampak luas kepada pembuat tempe. Selain harganya mahal, pasokannya pun sangat terbatas. Alhasil mereka harus berebut mendapatkan bahan utama tempe tersebut.
"Ini saya dapatnya mahal sekali sekitar Rp 8 ribu per kilo. Selain itu dapatnya susah karena pemasoknya enggak punya barang (kedelai)," kata Mas Kamto, pembuat tempe di kawasan Parung, Depok, Minggu (15/3).
Dengan tingginya harga kedelai ini, lanjutnya, produksi tempe juga menurun. Dia mengaku menggunakan kedelai impor untuk membuat tempe karena hasil yang diperoleh lebih bagus. Menurunnya produksi tempe ikut dirasakan masyarakat. Sebab, tempe jadi langka di pasaran.
Seperti yang diungkapkan Azis Kurniadi. Pedagang sayur keliling itu mengaku tidak jualan tempe karena harganya mahal.
"Saya jualnya ke konsumen Rp 3 ribu per buah. Ini tadi di pasar harganya Rp 3 ribu, kalau saya mau naikin kasihan langganan. Lagipula tempe yang dijual jelek kualitasnya," tuturnya.
Tak hanya Aziz yang mengelur, pedagang sayur di kawasan Meruyung rata-rata mengeluhkan hal serupa. "Ini tempe langka. Kami tidak berani ambil karena mahal harganya, kecuali kalau pesanan kami berani ambil tapi sebelumnya dikasi tahu dulu kalau harga tempe lagi mahal," terang Mas Yatin, pedagang sayur keliling. (esy/jpnn)
DEPOK - Kenaikan harga kedelai yang tidak tertahankan berdampak luas kepada pembuat tempe. Selain harganya mahal, pasokannya pun sangat terbatas.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemendes PDT akan Jalankan 12 Rencana Aksi, Salah Satunya Swasembada Pangan
- Ini Upaya Bea Cukai Memperbaiki Pelayanan dan Pengawasan Sepanjang 2020-2024
- InterSystems jadi Solusi Data Terintegrasi & GenAI untuk Institusi Kesehatan Indonesia
- BRI Life & BRI Research Institute Realisasikan Komitmen Membantu UMKM
- Konsistensi Menghadirkan Inovasi, Bank Raya Raih BUMN Award 2024
- Prabowo Bentuk Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi, Bahlil Ditunjuk Jadi Ketua