Harga Mati

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Harga Mati
Fadjroel Rachman. Foto: Ricardo/JPNN.com

Pembangunan ekonomi yang masif harus ditopang oleh stabilitas sosial-politik yang kokoh. 

Oleh karena itu, Soeharto menempatkan stabilitas sebagai hal yang mutlak menjadi dasar pembangunan ekonomi. 

Itulah yang kemudian menjadi ‘trade-off’ imbal balik yang harus dibayar oleh rakyat Indonesia. 

Pembangunan fisik maju, tetapi pembangunan demokrasi terbengkalai.

Pemerintahan totaliter ala Pak Harto akan mudah kehilangan legitimasi ketika muncul problem ekonomi. 

Itulah yang dialami rezim Orde Baru pada 1997 ketika muncul krisis moneter yang melanda Asia.  

Fundamen ekonomi Indonesia ternyata tidak kokoh ketika menghadapi krisis  moneter yang membuat mata uang rupiah anjlok berhadapan dengan dolar.

Harga-harga naik dan inflasi tidak terkendali. 

Munculnya jargon ‘dua periode harga mati’ dari Fadjroel Rachman bukan berarti gerakan tiga periode selesai. Bisa jadi muncul gerakan politik dagang sapi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News