Harga Produk Sayur dan Buah Australia Diprediksi Bakal Naik
Khawatir Australia jadi negara pengimpor
Photo: Salah satu petani pisang di daerah pertanian Carnarvon Australia Barat, Darryl Hardman, khawatir negara ini akan jadi pengimpor buah dan sayuran bila kekurangan tenaga kerja tidak ditangani. (ABC Rural: Lucie Bell)
Menurut Darryl Hardman, pemilik Desert Sweet Bananas, perkebunan pisang terbesar di Carnarvon, pihaknya juga merasakan dampak dari kurangnya tenaga kerja.
Gudang pengepakan buah pisang miliknya beroperasi setiap minggu sepanjang tahun. Sebagian besar produk pisangnya berahir di rak-rak supermarket besar.
Darryl mengaku frustrasi terbesar yang dia rasakan adalah kurangnya pekerja.
"Kami telah kehilangan banyak hasil panen karena berusaha mengimbangi situasi. Kami kehilangan sekitar 300 karton pisang setiap minggu," katanya..
"Jelas, tidak ada pekerja backpacker, mereka yang ada sekarang sudah menjalani masa 88 hari. Mereka akan segera pergi. Jadi kami perlu insentif lain untuk mendatangkan pekerja ke sini," jelas Darryl.
Ia mengatakan pekerja musiman asal negara-negara Pasifik bersedia datang ke perkebunan ini, namun menghadapi kendala biaya yang sangat besar.
Darryl menyebutkan biaya karantina untuk mendatangkan satu orang pekerja mencapai $4.000 atau sekitar Rp40 juta.
Merosotnya jumlah tenaga kerja musiman yang selama ini bekerja memetik buah dan sayuran di Australia, telah menimbulkan kerugian telah melebihi Rp500 miliar
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis