Harga Pupuk Dikeluhkan, Pengamat Soroti Penggunaan Irasional Petani

jpnn.com, JAKARTA - Petani di berbagai daerah mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi saat ini. Padahal, kebutuhan pupuk ini tak terelakkan.
Pengamat pertanian Khudori melihat mahalnya pupuk non subsidi ini masih relatif. Apalagi jika dibandingkan dengan pupuk bersubsidi.
"(Disebut) mahal kalau dibandingkan dengan pupuk bersubsidi. Disparitas harganya memang cukup jauh," kata pengamat pertanian, Khudori.
Meski begitu, menurutnya pemerintah bisa mendorong harga pupuk non subsidi ini lebih terjangkau. Karena harga yang terjangkau itu menjadi salah satu faktor yang menentukan bagaimana produk bisa bersaing.
"Sebab produksi utama pupuk domestik itu masih BUMN," sambungnya.
Di sisi lain, alokasi pupuk subsidi sejak dulu memang terbatas. Karena ini terkait dengan anggaran subsidi yang ditentukan pemerintah bersama DPR.
"Sejak dulu anggaran subsidi memang terbatas. Makanya (alokasi) subsidi yang diberikan juga terbatas," tutur Khudori.
Meski terbatas seperti itu, yang paling penting sebenarnya adalah penggunaan pupuk yang rasional. Karena penggunaan yang berlebihan justru berdampak buruk bagi tanah.
Petani di berbagai daerah mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi saat ini, bagaimana menurut pengamat?
- Bulog Cetak Penyerapan Gabah Petani Capai 725.000 Ton, Rekor Tertinggi 10 Tahun Terakhir
- Meraup Untung dari Kemacetan Arus Mudik, Pedagang Kopi Keliling Berseliweran
- Serapan BULOG Melonjak 2.000 Persen, Hendri Satrio: Dampak Tangan Dingin Mentan Amran
- Santri Turun ke Desa, Kembangkan Pertanian dan Peternakan
- Hadapi Puncak Panen, Bulog Jatim Optimalisasi Sarana Pengeringan dan Pengolahan
- MPKI: Kepala Daerah Bertanggung Jawab Melindungi Ekosistem Pertembakauan Nasional