Harga Rapid Antigen di Australia Terlalu Mahal, Aparat Lakukan Penyelidikan ambar puspa galuh
Lembaga pengawasan konsumen di Australia sudah menerima lebih dari 100 keluhan harga alat tes rapid antigen yang dijual lebih mahal dari seharusnya, atau yang dikenal dengan istilah 'gouging price'.
Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) mengatakan mereka masih terus menerima laporan dan sedang menyelidiki beberapa dugaan pelanggaran hukum konsumen.
"ACCC telah menerima hampir 3.900 laporan dari konsumen tentang tes rapid antigen antara 25 Desember 2021 dan 26 Januari 2022, rata-rata sekitar 121 laporan per hari," demikin bunyi pernyataannya.
"Apotek adalah yang paling banyak dikeluhkan, ada 1.309 keluhan, atau hampir 34 persen dari laporan yang masuk."
ACCC mengatakan keluhan soal apotek telah melebihi keluhan soal pom bensin, toko serba ada, warung rokok dan supermarket, yang juga menjual alat tes rapid antigen.
Namun, ACCC mengatakan dalam beberapa hari mereka juga menerima semakin banyak keluhan soal toko-toko kecil yang "biasanya tidak menjual barang-barang seperti itu [tes rapid antigen]".
Ketua ACCC, Rod Sims mengatakan organisasinya menerima lebih dari 130 laporan tentang toko bernama IGA dan 72 toko di pompa bensin BP.
“Jadi kami mencoba mengirim pesan ke sejumlah kantor pusat, jika ada toko dari jaringan mereka yang melakukan kesalahan, minta mereka untuk mereka menghentikannya," kata Rod.
Lembaga pengawasan konsumen di Australia telah menerima ratusan keluhan soal harga alat tes rapid antigen yang dijual lebih mahal dari yang seharusnya
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat