Harga Tiket Pesawat Mahal, Malas Pergi Liburan
jpnn.com, MAKASSAR - Harga tiket pesawat yang mahal dan penerapan bagasi berbayar diduga telah menyebabkan tingkat hunian hotel mengalami penurunan.
Merujuk data BPS Sulsel, terkait Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Januari 2018 lalu, mencapai angka rata-rata 50,96 persen.
Dengan rincian, hotel bintang 1 (37,39 persen), bintang 2 (40,07 persen), bintang 3 (48,15 persen), bintang 4 (66,32 persen), bintang 5 (56,58 persen).
Lalu masuk Februari 2018, rata-rata TPK hotel itu 47,47 persen. Berturut-turut, hotel bintang 1 (39,57 persen), bintang 2 (47,70 persen), bintang 3 (47,18 persen), bintang 4 (52,84 persen), bintang 5 (62,73 persen).
Angka TPK tersebut (Januari-Februari 2018), merupakan awal tahun yang memang masuk kategori low season. Itu dalam kondisi harga tiket yang tidak mahal seperti sekarang.
Sehingga, hotel-hotel masih menerima tamu wisatawan. Meskipun belum ada sektor Meetings, incentives, conferences and exhibitions (Mice) yang masuk.
BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Mahal, Pelaku Pariwisata Gelar Pawai Keprihatinan
Namun berbeda dengan kondisi awal tahun 2019 ini. Harga tiket sudah membumbung tinggi. Tak ada lagi harga Rp700-an ribu. Sudah di atas Rp1 jutaan. Sekalipun itu kelas ekonomi.
Sekarang ini tiket pesawat mahal, banyak warga malas bepergian atau memanfaatkan cutinya untuk liburan.
- Imbas PPN 12 Persen, Harga Tarif Pesawat Bakal Turun 10 Persen
- Kabar Baik, Harga Tiket Garuda Siap Turun, Catat Syarat & Ketentuannya
- Mulai Desember 2024, Garuda Indonesia Bakal Turunkan Harga Tiket Rute Domestik
- Pertamina Patra Niaga Siap Dukung Kebijakan Harga Khusus Avtur Nataru di 19 Bandara
- Libur Nataru, Pemerintah Bakal Segera Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Menjelang Natal dan Tahun Baru, Garuda Pastikan tidak Ada Kenaikan Harga Tiket