Harian Apel
Oleh Dahlan Iskan
Chiang Ching Kuo tidak mengader anak-anaknya di bidang politik. Bahkan sebelum meninggal dunia ia membuka kebebasan pers di Taiwan.
Lalu kebebasan berpendapat. Pun kebebasan mendirikan partai.
Ia merestui ketika wakil presidennya sendiri mendirikan partai di luar Kuo Ming Tang: Lee Teng Hui. Lalu ikut pemilu pertama di Taiwan. Menang.
Sebetulnya sejak Chiang Ching Kuo jadi presiden keinginan merebut kembali daratan Tiongkok mulai reda. Tambah reda lagi di zaman Presiden Lee Teng Hui.
Namun Tiongkok tetap menganggap Taiwan –bekas salah satu provinsi Jepang– sebagai salah satu provinsinya. Yang harus direbut –kalau perlu dengan kekerasan.
Baru di zaman Presiden Donald Trump ini Amerika mendukung penuh Taiwan. Dan sejak mengakui hanya Tiongkok yang berhak mewakili 'One China' di tahun 1979, baru kali ini Amerika mengirim seorang menteri ke Taiwan.
Tiongkok kelihatannya tidak akan terpancing lebih dalam di Taiwan. Yang justru hanya akan menguntungkan posisi politik Trump di Pilpres tanggal 3 November nanti.
Namun di sektor Hong Kong, Tiongkok tidak akan mundur. Apa pun taruhannya.