Hario Kecik & Festival Film Asia Afrika
Tujuan dari pembuatan film ini, tulis Hario Kecik, sebagai penerangan dan untuk memberi semangat kepada para transmigran sekaligus mempersatukan dan asimilisasi kebudayaan kaum pendatang dan rakyat asli di pedalaman.
"Bersamaan dengan itu politik konfrontasi terhadap tentara Inggris di Sarawak dapat dengan lebih mudah disosialisasikan karena dapat disimulasikan untuk penduduk di pedalaman yang masih hidup dalam taraf sederhana dan dapat digambarkan sambil main film."
Juara Dunia
Prisma volume 7 mengulas sedikit banyak kisah ini di bawah tajuk, hasil kerja sutradara golongan kiri Indonesia dalam periode 1957-1965.
Semenjak dirilis pada 1963, Tangan-Tangan Jang Kotor mendulang sekian penghargaan.
"Film ini sempat diputar di RRC. Menyertai pemutaran film ini, aku bersama Fifi Young dan Rendra Karno ditemani sutradara Basuki Effendi berkeliling ke berbagai kota di RRC," kenang Mien Brodjo, bintang film tersebut.
Jakarta, April 1964…
Menyusul Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, diselenggarakanlah Asian African Film Festival atau Festival Film Asia Afrika (FFAA).
HARIO KECIK naik podium. Buah karyanya terpilih sebagai Film Terbaik Festival Film Asia Afrika (FFAA) III 1964. Soekarno pun menjulukinya Alfred
- Angkat Budaya Lokal, Film Mariara Perjamuan Maut Tayang Bulan Ini
- 5 Film yang Terinspirasi dari UFC, Nomor Terakhir Dibintangi Petarung MMA Terkenal
- Atiqah Hasiholan Beradu Akting Dengan Amir Ahnaf Dalam Film Terkutuk
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Bintangi Film Melukis Harapan di Langit India, Atiqah Hasiholan Belajar Menari India
- Kearifan Lokal Harus Jadi Landasan Perfilman Indonesia di Era Digital