Harmonisnya Warga di Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste
Tanpa Paspor, Kunjungi Keluarga Lewat Jalan Tikus
Senin, 13 Februari 2012 – 08:08 WIB
Suasana di pos jaga begitu cair. Apalagi, suasana bukit begitu sejuk. Tanpa dikomando, dua personel TNI yang mengantar Jawa Pos langsung memanjat pohon kesambi yang berada di dekat pos. "Buah ini sering menjadi teman kami ngobrol," ungkap Pratu Wayan Junaidi.
Meski kini menjadi warga Timor Leste, Abilio Coi tidak bisa melupakan Indonesia. Nenek moyangnya berasal dari NTT. Dia memiliki saudara di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU). Bibi dan kakak kandung Abilio adalah WNI. Yang unik adalah cara mereka bertemu. "Saya kebetulan tidak memiliki paspor. Jadi, ketemunya di bawah pohon rindang itu," kata Abilio, lantas terkekeh.
Karena rasa kekeluargaan yang erat pula, setiap ada kegiatan adat dua pihak saling memberi tahu. Lebih-lebih jika ada kabar duka. Mereka nekat menerobos batas negara. "Bahkan, ada yang nekat lewat jalan tikus," tuturnya.
Selain petugas keamanan, warga di sana penuh nuansa kekeluargaan. Kondisi itu tecermin di Desa Napan. "Kami memang masih memiliki satu nenek moyang. Budaya kami juga sama," kata Kepala Desa Napan Yohanis Anunu, 34.
Lepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia pada 1999 membuat warga di sana terbelah. Ada yang tetap menjadi WNI, ada juga yang memilih hijrah ke
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408