Harmonisnya Warga di Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste

Tanpa Paspor, Kunjungi Keluarga Lewat Jalan Tikus

Harmonisnya Warga di Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste
DAMAI di Perbatasan : Canda dan obrolan penuh kekeluargaan terjalin antara anggota TNI penjaga perbatasan di Desa Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Polisi Perbatasan Timor Leste. Mereka saling mengunjungi dan bersilaturahmi setiap pergantian petugas jaga untuk periode tertentu. Tanpak Pratu Wayan Junaidi dari Yonif 744 Udayana berbincang dengan Agenti Cheefe (setara Sersan kepala) Abilio Coi anggota Polisi Timor Leste, di Posko Bukit Oemanu yang masuk wilayah Timor Leste . Foto : Boy Slamet/ Jawa Pos

Suasana di pos jaga begitu cair. Apalagi, suasana bukit begitu sejuk. Tanpa dikomando, dua personel TNI yang mengantar Jawa Pos langsung memanjat pohon kesambi yang berada di dekat pos. "Buah ini sering menjadi teman kami ngobrol," ungkap Pratu Wayan Junaidi.

Meski kini menjadi warga Timor Leste, Abilio Coi tidak bisa melupakan Indonesia. Nenek moyangnya berasal dari NTT. Dia memiliki saudara di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU). Bibi dan kakak kandung Abilio adalah WNI. Yang unik adalah cara mereka bertemu. "Saya kebetulan tidak memiliki paspor. Jadi, ketemunya di bawah pohon rindang itu," kata Abilio, lantas terkekeh.

Karena rasa kekeluargaan yang erat pula, setiap ada kegiatan adat dua pihak saling memberi tahu. Lebih-lebih jika ada kabar duka. Mereka nekat menerobos batas negara. "Bahkan, ada yang nekat lewat jalan tikus," tuturnya.

Selain petugas keamanan, warga di sana penuh nuansa kekeluargaan. Kondisi itu tecermin di Desa Napan. "Kami memang masih memiliki satu nenek moyang. Budaya kami juga sama," kata Kepala Desa Napan Yohanis Anunu, 34.

Lepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia pada 1999 membuat warga di sana terbelah. Ada yang tetap menjadi WNI, ada juga yang memilih hijrah ke

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News