Harmonisnya Warga di Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste

Tanpa Paspor, Kunjungi Keluarga Lewat Jalan Tikus

Harmonisnya Warga di Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste
DAMAI di Perbatasan : Canda dan obrolan penuh kekeluargaan terjalin antara anggota TNI penjaga perbatasan di Desa Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Polisi Perbatasan Timor Leste. Mereka saling mengunjungi dan bersilaturahmi setiap pergantian petugas jaga untuk periode tertentu. Tanpak Pratu Wayan Junaidi dari Yonif 744 Udayana berbincang dengan Agenti Cheefe (setara Sersan kepala) Abilio Coi anggota Polisi Timor Leste, di Posko Bukit Oemanu yang masuk wilayah Timor Leste . Foto : Boy Slamet/ Jawa Pos

Atas aksi penyelundupan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Timur Tengah Utara (TTU) sudah berupaya menghentikan. Wakil Bupati TTU Aloysius Kobes telah mengeluarkan surat edaran pada Juni 2011. Dalam surat bernomor Ek.541/202/VI/2011 itu ditegaskan bahwa para pembeli BBM dilarang menggunakan alat penampung besar seperti jeriken dan drum.

Sayangnya, imbauan itu tak banyak diindahkan warga. "Buktinya hingga sekarang banyak yang masih beroperasi," ujar Yohanis.

Menyelundupkan BBM ke Timor Leste menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Satu pembeli di NTT hanya boleh membeli maksimal 20 liter bensin dengan harga Rp 90 ribu. Nah, kalau dijual di Timor Leste, harganya melambung hingga dua kali lipat!

"Itulah yang membuat mereka tergiur. Tapi, itu sangat merugikan negara sendiri. Begitu juga halnya dengan sembako," tandas Yaohanis.

Lepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia pada 1999 membuat warga di sana terbelah. Ada yang tetap menjadi WNI, ada juga yang memilih hijrah ke

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News