Harry Widianto, Sosok Penting Perekonstruksi 'Hobbit' dan 'Java Man'
Bisa Dibuat Lebih Ganteng tapi Terhambat Kaidah Ilmiah
Senin, 10 Desember 2012 – 08:32 WIB
Karena itu, manusia tersebut kerap disebut hobbit. Kendati bekerja di Museum Sangiran, Harry banyak terlibat dalam penelitian hobbit asal Flores itu. Dia mengatakan banyak menulis artikel ilmiah soal manusia yang diperkirakan hidup 94 ribu-130 ribu tahun lalu itu.
Harry tak menginginkan kajiannya mandek. Dia terpikir merekonstruksi Homo Floresiensis itu. "Awalnya saya bingung. Bagaimana mewujudkan ini. Namun, bila jenis manusia ini bisa diwujudkan dalam bentuk utuh, tentu menggegerkan. Saya berpikir keras dengan mimpi itu," katanya.
Saat berkuliah magister dan doktoral di Institute de Paleontology Humaine, Paris, Prancis, dia memiliki banyak kenalan. Salah seorang di antara mereka, seniman patung Prancis Elizabeth Daynes. "Saya kenal baik. Apalagi, dia mengetahui saya sebagai orang Jawa Tengah. Sangat hormat. Dia sebut saya Java Man," kata alumnus Universitas Gadjah Mada itu.
Harry lantas mengajak Daynes bekerja sama dan mewujudkan mimpinya tersebut. Harry memberikan petunjuk merekonstruksi Homo Floresiensis itu. "Tentu dengan sejumlah kaidah ilmiah. Saya yang memandu, Daynes pematungnya," katanya.
DI tangan Harry Widianto dan teman-teman, temuan Sangiran 17 "bermetamorfosis" dari fosil menjadi sosok manusia yang utuh, tinggi besar,
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala