Hashim Adik Prabowo Beber Alasan Sebaiknya Pilpres 1 Putaran: Hemat & Harapan Rakyat
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra Hashim Djojohadikusumo meyakini harapan tentang Pilpres 2024 berlangsung satu putaran tidak hanya menjadi keinginan partai pendukung maupun Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Adik kandung Prabowo Subianto itu menyebut pilpres satu putaran juga menjadi harapan mayoritas rakyat.
Hashim menyatakan hal itu dengan merujuk pada temuan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang memperlihatkan Prabowo-Gibran memiliki elektabilitas 50,7 persen.
Menurut Hashim, harapan tentang Pilpres 2024 berlangsung satu putaran itu merupakan hal wajar dan masuk akal. “Memang sebaiknya satu putaran,” katanya, Selasa (30/1/2024).
Survei terbaru LSI Denny JA terhadap 1.200 responden menunjukkan elektabilitas Prabowo - Gibran di angka 50,7 persen sehingga berpeluang memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran.
Di bawah Prabowo - Gibran ialah Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas 22 persen. Adapun Ganjar Pranowo - Mahfud Md memiliki elektabilitas 19,7 persen.
Namun, masih ada 6,9 persen responden yang tidak menjawab. Survei itu memiliki tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Selain itu, survei teranyar LSI Denny JA itu juga menunjukkan 84 persen responden menginginkan pilpres satu putaran saja. Hanya 10,8 persen responden yang tidak menginginkan pilpres satu putaran.
Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, mengajak semua elite bijak dalam menyikapi temuan survei yang menunjukkan Pilpres 2024 akan berlangsung satu putaran.
- Pj Gubernur Jateng Dampingi Wapres Silaturahmi dengan 3 Ribu Nasabah PNM Mekaar
- Gandeng BRIN, Mendes Yandri Yakin Sukses Majukan Desa hingga Tingkatkan GDP Indonesia
- Puluhan Tahun Bereng Prabowo, AKA Yakin Programnya Bersama Ahmad Ali Akan Terealisasi
- Jadi Pilihan Prabowo, Ahmad Ali-AKA Menyambut Kemenangan Besar di Pilkada Sulteng
- Laut China Selatan, Teledor Atau Terjerat Calo Kekuasaan
- Prabowo Bakal Suntik Mati Operasional PLTU dalam 15 Tahun