Hasil Survei: Di Rumah Ortu Marah-marah, Anak Kangen Teman Sekolah

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang diperkirakan berlangsung cukup lama, berpotensi berakibat pada terjadinya lost generation.
Bila hal tersebut tidak dicarikan solusinya, bonus geografi yang diprediksi akan dinikmati Indonesia dan sebagian kecil negara hanya jadi angan-angan.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Dr Desvian Bandarsyah, M. Pd dalam seminar nasional online bertajuk Wajah Baru PAUD di Indonesia Pascapandemi Covid-19 : Sinergi Sekolah & Keluarga besutan PG PAUD FKIP Uhamka, Sabtu (16/5).
"Pandemi Covid-19 yang cukup panjang, ancamannya terjadi lost generation atau generasi yang hilang. Kita lihat daya beli masyarakat turun sehingga akses pendidikan juga melemah," kata Desvian.
Yang mengkhawatirkan, lanjut Desvian, dengan menurunnya daya beli masyarakat otomatis para orang tua kesulitan mencukupi kebutuhan gizi anaknya terutama anak balita.
Bila gizi tidak tercukupi ditambah akses pendidikan melemah, lost generation pasti terjadi.
"Bonus demografi kalau tidak dibarengi kemampuan akses pendidikan dan negara tidak bisa memberikan sistem pendidikan yang berkeadilan maka akan jadi masalah," ucapnya.
Dia melanjutkan, masa pandemi memaksa orang tua dan rumah sebagai guru serta sekolah. Ini sebagai wadah sekaligus aktor penting untuk menggali potensi anak.
Belajar dari rumah adalah salah satu solusi ahar anak-anak tetap mendapatkan hak pendidikan selama pandemi masa Covid-19.
- Wakil Ketua MPR Minta Penerapan Wajib Belajar 13 Tahun Dipersiapkan dengan Baik
- Kemnaker dan Kemendikdasmen Teken MoU Sinkronisasi Pendidikan dan Ketenagakerjaan
- Verrell Bramasta: Pendidikan Adalah Kunci untuk Menciptakan Generasi Unggul
- Gen Z Didorong Melek Finansial melalui Edukasi dan Inovasi Digital
- Waka MPR Bicara Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan di Indonesia
- Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur Jadi Prioritas Utama Wali Kota Semarang