Hasil Survei: Di Rumah Ortu Marah-marah, Anak Kangen Teman Sekolah
Itu sebabnya, wajah PAUD ke depan harus diubah, dikembalikan ke asalnya sesuai amanat Ki Hajar Dewantara, di mana sekolah, orang tua dan lingkungan harus saling menopang.
"Kalau selama ini kan sendiri-sendiri makanya saat belajar di rumah banyak orang tua tidak siap menjadi guru. Dan, rumah tidak siap dijadikan sekolah," sergahnya.
Praktik pendidikan dasar terutama PAUD pun mau tak mau dilaksanakan di rumah.
Belajar dari rumah adalah salah satu cara melawan ketidakberdayaan manusia di hadapan virus Covid-19. Rumah harus jadi solusi bagi anak-anak untuk mendapatkan hak pendidikan.
Senada itu Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lenny N Rosalin mengungkapkan, dari hasil survei yang dilakukan, banyak orang tua tidak siap menjalankan tugasnya sebagai guru dan pengawas bagi anak-anaknya. Tercatat hanya 32 persen anak didampingi orangtuanya saat belajar.
Anak-anak juga tidak senang belajar di rumah. Dia lebih senang bertemu dengan teman-temannya apalagi di rumah orangtuanya marah-marah sehingga mereka jadi stres.
"58 persen anak-anak tidak senang belajar di rumah. Bagi anak-anak PAUD bermain di sekolah, bertemu teman-teman dan guru-gurunya adalah hal yang paling dikangenin," tandasnya. (esy/jpnn)
Belajar dari rumah adalah salah satu solusi ahar anak-anak tetap mendapatkan hak pendidikan selama pandemi masa Covid-19.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Adaro Donasikan Paket Seragam Sekolah Senilai Rp 2,4 Miliar untuk Anak Kurang Mampu
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Dorong Pengembangan SDM, Jawa Satu Power Bangun Gedung Sekolah untuk SDN Cimalaya 7
- Menteri PPPA: Intervensi kepada Anak Usia Dini Memutus Mata Rantai Kemiskinan
- SANF Perkuat Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya