Hasil Survei Koaksi Indonesia: Masyarakat Antusias Beralih ke EBT
“Dari hasil survei IESR terbaru, kami mendapatkan insight bahwa mereka memang mau dan ada keinginan serta menerima penggunaan EBT terutama solar cell. Dan mereka juga menyatakan mau membeli/membayar kalau disediakan,” tutur Koordinator Komunikasi IESR. Gandahaskara Saputra.
Sebanyak 44 persen responden Koaksi menyadari bahwa sektor energi terbarukan di Indonesia belum berkembang optimal. Sebanyak 19,7 persen berpendapat hambatan itu disebabkan oleh rendahnya pemahaman publik tentang energi terbarukan dan terkait ini, 23,5 persen responden mengaku mendapatkan informasi terkait EBT paling banyak dari media online.
Hambatan lain yang disebut adalah ketergantungan terhadap energi fosil yang masih tinggi (13,9 persen), sementara 13 persen lainnya menyoroti persoalan riset yang belum menjadi prioritas pemerintah kita saat ini.
Responden IERS yang menyatakan tertarik dengan solar cell, seperti dikatakan Ganda juga menyayangkan belum adanya informasi yang tersentral dan tersistem mengenai sumber EBT ini. Informasi yang mereka butuhkan seputar plus minus listrik energi surya, proses dan cara pemasangannya, hingga preferensi pembiayaan yang memungkinkan untuk pengadaannya.
Namun walaupun informasi yang membahas EBT masih minim, responden Koaksi masih optimis bahwa Indonesia mampu dan berpotensi mengembangkan energi terbarukan sesuai dengan kekayaan alam yang dimiliki, yaitu matahari (25,5 persen), air (20,6 persen), dan bioenergi (19,5 persen). Dan, pemangku kepentingan yang diyakini dapat melakukan perubahan ini adalah presiden dan kementerian (25,5 persen) serta kepala daerah (15,1 persen).
Tak sekadar berharap kepada pemangku keputusan, kaum milenial yang disurvei Koaksi juga berpendapat bahwa masyarakat umum memiliki peran penting dalam mengembangkan energi terbarukan.
Bagi mereka, menggunakan energi fosil lebih lama berarti menambah lama pula kerusakan lingkungan ke depannya. Oleh karena itu, mereka siap melakukan perubahan gaya hidup dengan melakukan aksi hemat energi.
“Kalau dikaitkan secara spesifik, milenial terutama keluarga baru yang mulai punya properti dan kendaraan sendiri, memang mulai mempertimbangkan opsi-opsi baru sumber energi. Seperti rumah yang dipasang rooftop solar, dan kendaraan listrik. Mereka bahkan berpendapat gaya hidup itu cool, dan trendi,” tambah Ganda.
Hasil survei Koaksi Indonesia menyimpulkan bahwa keinginan untuk beralih ke energi baru dan terbarukan alias EBT sangat besar.
- Bertambah Lagi, Desa Energi Berdikari Pertamina Hadir di Indramayu
- Electricity Connect 2024 Siap Jadi Sarana Solusi Inovatif untuk Tantangan Transisi Energi Bersih
- Survei Schneider Electric: 71 Persen Pemimpin Bisnis Memprioritaskan Keberlanjutan
- Tak Mau Trans Semarang Disebut Cumi-cumi Darat, Yoyok Sukawi Tawarkan Bus Listrik
- Komitmen Prabowo untuk Pengembangan Energi Baru Terbarukan, PT HGI Siapkan Cara Ini
- Dirjen EBTKE Sebut Pemanfaatan EBT Perlu Investasi USD 15,9 Miliar hingga 2030