Hasil Survei: Peta Politik Pilpres Makin Kompetitif, Selisih Tipis
“Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan politik, Menganalisis pandangan masyarakat tentang berbagai masalah fundamental di bidang sosial, ekonomi, politik serta kebijakan-kebijakan pemerintah,” katanya.
Lebih lanjut, Pangi menjelaskan hasil survei lembaganya menunjukkan peta politik masih dinamis dan kompetitif. Hal ini bisa ditinjau dari angka strong voters baik di pemilih capres maupun pemilih partai politik.
Menurutnya, Jokowi-Amin maupun Prabowo-Sandi memiliki tingkat loyalitas pemilih di bawah 50 persen dengan persentasi strong voter masing-masing sebesar 43.1 persen untuk Jokowi-Amin dan 40.9 untuk Prabowo-Sandi.
Pangi menjelaskan undecided voters tidak akan dominan pembelahan suara (split), walaupun tidak “semua” ke Prabowo atau Jokowi. Namun jalan pikiran undecided voters terbagi tiga trayek saja. Pertama, mereka akan menjadi bagian dari struktur golput.
Kedua, dominan memutuskan pilihan politik memilih Prabowo di injure time. Ketiga, dewa elektoral undecided voter sangat sedikit peluang bakal memilih incumbent. Karena undecided voters terjadi resistensi terhadap incumbent, mungkin sebagian pemilih melenial dan pemula masih berpeluang menjatuhkan pilihannya ke Jokowi, secara pikiran awam saja apakah masih kurang cukup waktu untuk menilai keberhasilan pemerintah selama 4,5 tahun? Menggapa undecided voter masih menunggu dan belum memutuskan memilih Jokowi?
“Dugaan saya mereka tidak puas dengan pemerintah (approval rating). Kalau kita baca trend “silent voters” berpeluang besar dominan memilih Prabowo ketimbang Jokowi. itulah kemudian, secara matematika politik mengapa Prabowo juga punya potensi menang kalau dilihat dari tren,” katanya.
Rendahnya angka strong voters ini akan mempengaruhi peta politik secara luas dan akan berpotensi merubah peta politik secara drastis, di sisi lain pemilih kita juga masih cair, partai ID kita juga masih rendah, relatif kecil pemilih setia dalam partai, biasanya faktor figur menjadi dasar pertimbangan mereka memilih.
Pangi menjelaskan makin tinggi angka strong voters kandidat atau partai politik maka semakin besar peluang meraih dukungan yang lebih besar. Pergeseran pilihan politik dari pemilih masih mungkin terjadi, kepastian pemilih terhadap pilihannya baru akan ditentukan pada saat mencoblos di bilik suara (27,9 %), melihat penampilan kandidat pada saat debat terahir (22,1%), sebelum berangkat ke TPS (19,7%), dan menunggu calon memberikan hadiah/sembako/uang (13,1%).
Selisih elektabilitas kedua pasangan capres - cawapres hanya terpaut 5.5 persen, kedua kandidat dan tim suksesnya harus bekerja keras mengamankan peluang memenangkan kontestasi 17 April 2019 yang tinggal menghitung hari
- Survei FIXPOLL: Elektabilitas Toha-Rohman Unggul, Lucianty-Syafaruddin Anjlok
- Puspoll Indonesia: Sumiatun-Ibnu Salim Unggul di Pilkada Lombok Barat
- Survei Elektabilitas Nasir-Wardan Unggul di Kampar, Wahid-Haryanto Moncer di Pekanbaru
- Hasil Survei Terbaru LSI soal Elektabilitas Paslon Pilkada Kota Bandung 2024, Tidak Mengejutkan
- Pilkada Lombok Timur: Elektabilitas Haerul Warisin-M Edwin Sudah Tak Terkejar
- Survei Axispol: Elektabilitas Muflihun-Ade Unggul di Pilkada Kota Pekanbaru