Hasil Tes PCR Tak Perlu Jadi Syarat Penerbangan, Begini Penjelasan Epidemiolog
jpnn.com, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman membeberkan alasan polymerase chain reaction test atau tes PCR tidak perlu menjadi syarat penerbangan bagi penumpang pesawat.
Dicky menjelaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah merekomendasikan penggunaan rapid test antigen sejak September 2020 lalu.
Sebab, penelitian di Irlandia menunjukkan rapid test antigen memiliki tingkat sensitivitas mencapai 97 persen.
Selain itu, rapid test Antigen juga memiliki keunggulan lain untuk digunakan masyarakat dibanding tes PCR.
“Ini (Antigen, red) bisa dipakai jadi strategi publik karena dia cost effective. Harganya jauh relatif lebih murah, lebih mudah, lebih cepat juga,” kata Dicky kepada JPNN.com, Rabu (27/10).
Dengan pemeriksaan yang lebih cepat menggunakan rapid test Antigen, tindak lanjut bagi pasien yang terkonfirmasi terpapar Covid-19 juga bisa lebih cepat.
“Jadi, kalau memang mau melakukan intervensi public health, misalnya di moda transportasi, pemerintah harus mencari yang cepat, murah, efektif yaitu rapid test. Kalau PCR itu tidak cost effective,” papar Dicky.
Menurut dia, pemerintah perlu memerhatikan kemampuan publik dalam membayar tes seperti harga tes yang berlaku di Amerika Serikat.
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman membeberkan alasan tes PCR tidak perlu menjadi syarat penerbangan bagi penumpang pesawat.
- Beijing Cabut Syarat PCR, Ada Kaitannya dengan Premier Avatar 2?
- Syarat Perjalanan KA Jarak Jauh Terbaru, Ada yang Wajib Tes PCR
- Rekaman CCTV: Ada Bu Putri, Brigadir J dan Bharada E Lakukan Ini di Rumah Pribadi Sambo
- Kematian Brigadir J, Ini Pernyataan Terbaru Komnas HAM, Ferdy Sambo Siap-Siap Saja
- 4 Fakta Baru Kasus Brigadir J, Ada Aktivitas Bersama Ferdy Sambo hingga Bharada E
- Irjen Sambo, Putri, Bharada E, dan Brigadir J Sempat PCR Bersama Sebelum Penembakan