Hasto Ajak Anak Bangsa Bertindak ke Luar Dibanding Konflik dengan Sesama

Hasto Ajak Anak Bangsa Bertindak ke Luar Dibanding Konflik dengan Sesama
Hasto Kristiyanto menyampaikan paparan dengan tema Pancasila dan Api Islam di kampus IAIN Pontianak, Jumat (26/8) pagi. Foto: Tim Dokumentasi Hasto Kristiyanto

Menurutnya, semua hal itu penting untuk memahami batapa radikalisme menjadi cermin kemunduran peradaban karena minimnya pemahaman terhadap toleransi.

“Soal Pancasila bagaimana? Ketika kita memahami Pancasila berdasarkan falsafah yang sebenarnya, yang disampaikan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945, dan kemudian bagaimana Pancasila tersebut diterima secara aklamasi oleh para pendiri bangsa, maka seharusnya Indonesia bebas dari berbagai bentuk radikalisme. Sebab seluruh agama mengajarkan kebaikan, budi pekerti, etika dan morel, serta tidak ada yang mengajarkan sikap yang antikemanusiaan,” kata Hasto.

Sekjen PDIP itu menerangkan Bung Karno menggali seluruh mutiara peradaban Nusantara dan dunia yang melahirkan Pancasila. "Itu tegas bahwa pada dasarnya Indonesia adalah bangsa yang bertuhan,” sebutnya.

Menurut Hasto, ketuhanan yang dimaksudkan Bung Karno adalah ketuhanan yang berbudi pekerti. Tidak hanya setiap warga, bahkan negara pun menyembah tuhan.

"Dengan cara apa? Sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Apakah Pancasila memperbolehkan atheis? Tidak boleh. Karena bukan hanya setiap warga negara Indonesia, tetapi negara pun menyembah tuhan,” urai Hasto.

Menurut Hasto, apabila Pancasila dalam spirit kelahiran dan falsafahnya dipahami, maka tidak akan ada radikalisme. Mereka yang bergerak dengan ajaran membenci pihak lain dan mengajarkan ideologi kegelapan yang anti kemanusiaan, justru tidak memahami hakekat kehidupan yang bertuhan.

“Sebab mana ada agama yang mengizinkan antikemanusiaan? Untuk itu pahamilah api Islam dan juga makna yang misalnya terkandung dalam logo NU yang penuh dengan makna Islam sebagai rahmatan lilalamin,” kata Hasto.

Hasto mengatakan kondisi saat ini bisa terjadi karena sesama anak bangsa terlalu terpaku ke dalam diri sendiri (inward looking) dan bukan berpikir ke luar (outward looking).

Menurut Hasto, apabila Pancasila dalam spirit kelahiran dan falsafahnya dipahami seluruh anak bangsa, maka tidak akan ada radikalisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News