Hasto: Ganjar Berjalan Kaki Buat Ketemu Rakyat, Beda dengan Prabowo yang Naik Alphard Putih
jpnn.com, YOGYAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebutkan kultur kepemimpinan parpolnya yang membumi ialah blusukan dan hal itu bakal terus dilakukan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo.
Menurut Hasto, Ganjar selama blusukan menemui rakyat dengan berjalan kaki.
Hal itu yang tidak dilakukan capres nomor urut dua Prabowo Subianto yang berjumpa masyarakat dengan menumpangi mobil mewah.
Hal itu disampaikan Hasto dalam acara Konsolidasi Organisasi Internal Partai Terkait Pemenangan Pileg dan Pilpres wilayah Yogyakarta di kantor DPD PDIP provinsi yang sama, Sabtu (13/1).
“Kalau ketemu rakyat, Pak Ganjar jalan dengan kakinya sendiri sementara Pak Prabowo jalan dengan bantuan Alphard putih. Stamina, energi dan passion kerakyatan itu penting," kata Hasto yang disambut tawa peserta.
Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) itu juga mengajak kader PDIP untuk menyosialisasikan 21 program prioritas Ganjar-Mahfud kepada rakyat dengan mendatangi setiap rumah.
"Oleh karena itu, program Pak Ganjar Pranowo bahwa satu keluarga miskin, satu sarjana itu harap disosialisasikan dalam gerakan door to door. KTP Sakti di dalamnya ada program 1 keluarga miskin, 1 sarjana. KTP Sakti diterima secara luas oleh ibu-ibu dan kaum muda. Bantuan rakyat pun lebih tepat sasaran," serunya.
Hasto dalam acara tidak lupa menyemangati kader PDIP untuk berani melawan menghadapi intimidasi, termasuk tekanan dari aparat.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung beda antara Ganjar Pranowo dengan kompetitornya Prabowo Subianto saat kedua tokoh tersebut bertemu rakyat.
- Berani Tetapkan Hasto Tersangka, KPK Era Setyo Budiyanto Layak Diapresiasi
- Connie Tanggapi Status Tersangka Hasto, Lalu Bicara Kasus Pencucian Uang Kakak & Adik
- Arief Poyuono Merespons Polemik PPN 12 Persen
- Pencegahan Yasonna Laoly ke Luar Negeri jadi Pukulan Beruntun untuk PDIP
- Kasus Hasto Bukan Politisasi, KPK Harus Berani Melawan Intervensi
- Ditetapkan Tersangka oleh KPK, Hasto Memahami Risiko Bersuara Kritis