Hasto Singgung Karakter Bu Mega yang Tak Sebanding dengan Jokowi dalam Sidang Promosi Doktor

Hasto Singgung Karakter Bu Mega yang Tak Sebanding dengan Jokowi dalam Sidang Promosi Doktor
Momen sidang promosi doktor Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (18/10). Dokumentasi DPP PDIP

Lebih lanjut peraih gelar doktor ilmu geopolitik dari Universitas Pertahanan (Unhan) itu mengutip machiavellianism, ajaran dari Nicolo Machiavelli tentang pemerintahan dengan kekuasaan tak terbatas yang menggunakan segala cara. Menurut Hasto, ada tiga aspek dalam machiavellianism.

“Yang pertama, jadilah orang munafik dan pembohong yang hebat. Yang kedua, mencapai hal-hal yang besar dengan menipu. Ini ada teorinya. Yang ketiga, tidak pernah kekurangan alasan yang sah untuk mengingkari janji-janjinya,” kata Hasto kembali mengundang aplaus.

Politikus asal Yogyakarta itu menambahkan Megawati selalu menanamkan hal penting kepada kader-kader PDIP, yakni berjanji kepada Bung Karno. Dengan suara terisak, Hasto melanjutkan paparannya. 

"Demi Indonesia raya yang sejati-jatinya bisa diwujudkan,” kata dia.

Hasto menambahkan teori temuannya dalam disertasi itu juga terbukti pada partainya yang luka-luka saat menghadapi kekuasaan. Alumnus Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut lantas mengutip tulisan karya pemikir kebangsaan Doktor Sukidi.

Dalam salah satu tulisan, Sukidi mengutip pendapat ilmuwan politik Steven Levitsky. Mahaguru ilmu pemerintahan di Universitas Harvard itu menyebut abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan elite dilakukan melalui mekanisme terstruktur, sistematis, dan masif.

“Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh pembunuh demokrasi,” ujar Hasto.

Dalam sidang terbuka promosi doktor itu, Hasto dinyatakan lulus dengan predikat cum laude. Pria kelahiran 7 Juli 1966 itu mengantongi indeks prestasi kumulatif 3,93. 

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkap ketum parpolnya Megawati Soekarnoputri tidak bisa dibandingkan dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Kenapa?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News