Hati-hati ya, Jangan Kuliah di Kampus Abal-abal

jpnn.com - JAKARTA – Peserta tes seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN) 2016 yang tidak lulus jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang yang lulus. Kampus swasta menjadi salah satu alternatif untuk melanjutkan pendidikan.
Pakar pendidikan tinggi Satryo Soemantri Brojonegoro menuturkan PTN memang bukan satu-satunya tempat untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
’’Jadi bagi yang tidak lulus SBM PTN, jangan kecil hati. Masih bisa kuliah di kampus swasta,’’ kata mantan Dirjen Pendidikan Tinggi itu kemarin.
Satryo menuturkan saat ini untuk urusan kualitas, sudah tidak bisa dibeda-bedakan antara kampus negeri dengan swasta.
Menurutnya kampus swasta yang lebih bagus ketimbang kampus negeri juga sudah banyak. Jadi tidak selalu kampus negeri otomatis lebih bagus dari kampus swasta.
Dia mengingatkan kepada calon pelamar kampus swasta harus hati-hati dalam memilih kampus swasta.
’’Jangan sampai terjerumus masuk ke kampus swasta abal-abal,’’ katanya. Sebab resikonya adalah legalitas ijazah tidak diakui pemerintah. Padahal sudah keluar uang yang cukup besar.
Satryo menjelaskan masyarakat bisa mengakses informasi kampus yang dipublikasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Sebab dari data ini, bisa diketahui apakah kampus yang bakal dituju itu bermasalah atau tidak.
JAKARTA – Peserta tes seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN) 2016 yang tidak lulus jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang yang
- Kompetisi Inovasi Teknologi Elektro Trisakti Cup 2025 Targetkan Siswa SMA Sederajat
- ITS Gandeng Ganesha Menyosialisasikan Penerimaan Mahasiswa Baru FTSPK
- Pesantren 1.000 Cahaya, Misi Pendidikan Ramadan untuk Anak Yatim dan Disabilitas
- Pemprov Jabar Bakal Tebus 335.109 Ijazah Siswa Menunggak Uang Sekolah, Duitnya Rp 1,3 T
- Ruang Pintar PNM Perluas Akses Pemberdayaan Ibu dan Anak
- BINUS University Kukuhkan 7 Guru Besar Sekaligus di Awal 2025