Hati Pedih...Tunggu Belasan Tahun, Nongol Malah Ditimpuki

Hati Pedih...Tunggu Belasan Tahun, Nongol Malah Ditimpuki
Destri (Kanan) memeriksa kondisi bunga bangkai, anakan keenam, yang patah spadixnya setelah mengalami insiden pelemparan di kebun raya cibodas. FOTO : UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA CIBODAS for JAWA POS

Dari 25 yang ditanam, hanya 17–18 anakan yang terdeteksi berkembang. Itu pun, baru enam anakan yang berhasil tumbuh hingga fase generatif atau berbunga setelah disemai 16 tahun lalu. 

Dia bercerita, tidak ada perlakuan khusus dalam budi daya tanaman raksasa itu. Hanya, proses tumbuhnya agak lama karena harus melewati tiga fase. Yakni, vegetatif (berdaun), dorman, dan generatif (berbunga).

Sebelum individu bunga bangkai dewasa (ditandai dengan masuk masa generatif, yaitu berbunga), siklus hidupnya hanya berputar pada masa vegetatif-dorman-vegetatif. Pada masa vegetatif itu, bentuk bunga bangkai persis dengan tanaman lain. Seperti pohon dengan dedaunan yang rimbun. 

Nah, yang jadi catatan, masa itu tidak dapat diprediksi terjadi sampai kapan. Yang pasti jarang dalam waktu singkat. Dari catatan Destri, paling cepat sebelas tahun. 

Biasanya, itu bergantung besar umbi, kesuburan, kelembapan tanah, cuaca, serta kemampuan umbi dalam menyimpan makanan. Bila ada salah satu yang tak terpenuhi, tanaman akan tetap berada dalam fase vegetatif atau berdaun. 

Saat sudah siap, barulah ia akan dorman dan muncul sebagai tanaman yang berbunga. Masa dorman juga memakan waktu cukup lama, 9–14 bulan. Tapi, bagi Destri, semua proses yang butuh waktu tak sebentar itu lumrah. 

Dia menyamakannya dengan pertumbuhan pohon mangga. ”Sejak ditanam dari biji, perlu enam–tujuh tahun hingga akhirnya bisa dinikmati buahnya,” katanya. 

Karena itu, meski seumuran, anakan Amorphophallus titanum tersebut mekar tidak bersamaan. ”Ada juga yang baru mekar setelah enam belas tahun seperti anakan keenam,” papar perempuan berkerudung tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News