Haul Guru Sekumpul, Warga Membeludak Melebihi Mudik Idulfitri
Musarafah lahir di Banjar. Namun besar dan menetap di Tenggarong. Belum pernah bertemu langsung dengan Guru Sekumpul semasa hidupnya. Tapi kisah tersebar melalui ceramah-ceramah ulama. Membuatnya kerap bermimpi kembali berziarah. Dengan harapan meraih berkah. “Meningkatkan iman. Meraih amalan untuk kehidupan yang lebih baik,” ucapnya.
Panggilan batin juga dirasakan Ardiansyah. Sejak menghadiri Sekumpul tahun lalu, dia rela meninggalkan usahanya berjualan pakaian di Pasar Pagi, Samarinda. Bersama dua rekannya, dia berkendara menggunakan mobil. “Batin ini seperti diajak. Rindu berada di sana lagi,” kata Ardi.
Sekumpul banyak mengubah dirinya. Yang sebelumnya malas melaksanakan salat, dia berusaha menjalaninya lima waktu. Tahun ini pun tujuannya kembali untuk merasakan atmosfer kebersamaan. Bisa salat dan berzikir dengan satu juta lebih jamaah. “Tak perlu khawatir makanan dan tidur. Di sana banyak yang menyediakannya secara gratis,” katanya.
Pantauan Kaltim Post (Jawa Pos Group), Kamis hingga pukul 18.00 Wita, rombongan bus dari utara Kaltim mulai memadati pelabuhan. Mereka datang dari Tanjung Selor, Berau, Sangatta, dan Tarakan, Kaltara. Di antara rombongan itu, media bertemu dengan Muhammad Bakri.
Bakri yang berusia 46 tahun mengaku panggilan datang ketika bermimpi bertemu Muhammad Zaini. Ceramah-ceramah yang dia dengarkan selama ini membuatnya bertahun-tahun ingin berada langsung di tanah Banjar. “Saya dari Palu. Naik pesawat ke sini (Balikpapan). Tetapi kehabisan tiket bus ke Banjarmasin,” ujar Bakri.
Karena kehabisan tiket bus, Bakri mencoba ke sejumlah travel. Tetapi tak ada mobil yang tersisa. Semuanya sudah di-booking ke Sekumpul. Tak tahu arah dia mencoba mencari informasi cara menuju Banjar. Berkah datang kepadanya ketika bertemu rombongan dari Tarakan. “Rombongan Palu ada yang berangkat lagi naik pesawat dan kapal laut. Saya ingin sekali lewat darat,” ujarnya.
BACA JUGA: Haul Guru Sekumpul, Posisi Duduk Presiden Jokowi Berubah
Darat dipilih karena mendengar cerita-cerita soal keramahan, kedermawanan, dan kesukarelaan warga di sepanjang perjalanan menuju makam Guru Sekumpul. Sesuatu yang tak bisa dirasakan jika bepergian melalui udara. “Ingin lebih mengenal suasana dan menikmati perjalanannya,” kata Bakri.