HEBAT! Dosen Memilih Hidup di Hutan Bersama Suku Anak Dalam

“Saya senang ketika nama saya sudah dikenal,”singkatnya.
Abdi mengaku bukan motif uang yang mendorong dia menjalani kehidupan seperti ini. Gajinya sebagai pengajar di Unsri terbilang wah, ketimbang jadi anggota Warsi.
Tapi, keputusannya ini bukan karena iming-iming uang. Sebagai sarjana Antroplogi, Abdi mengaku hanya ingin mendalami budaya dan ternyata dia banyak belajar dari kebudayaan orang rimba.
“Saya berkesimpulan, cerminan orang luar itu ya ada di orang rimba. Diluar ada pengadilan, disini juga ada. Bedanya disini terbuka dan tidak ada aturan normatife khusus,”katanya.
“Nah, kita yang mengaku orang modern sepantasnya banyak belajar dengan mereka. Masalahnya, maukah kita belajar dengan mereka?” tanyanya.
Abdi mengaku banyak hal yang bisa dicontoh orang kebanyakan. Dalam dunia orang rimba, ternyata mereka tidak mengenal adanya jenjang dalam kehidupan. Selain itu, cara orang rimba mendidik anak juga patut diancungi jempol dan harus dicontoh.
“Ternyata orang rimba tidak pernah memukul anak. Meski marah, itu hanya diucapan, dan tidak sampai main tangan,” ujarnya.
Orang rimba juga sangat menjunjjung tinggi sifat kebersamaan. Meski ada semacam egoism kelompok, kata Abdi, secara umum mereka sangat kompak. Andaikan ada teman mereka kecelakaan, maka orang rimba lainnya berbondong-bondong datang memberi pertolongan.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu