Heboh Gaya Fast and Furious Angkot Kota Padang

Polos Rp 110 Ribu, Modif Rp 170 Ribu Per Hari

Heboh Gaya Fast and Furious Angkot Kota Padang
BOKS:Angkutan umum jenis Kijang Krista yang dimodifikasi ceper dengan kelir layaknya mobil gaul di Jl Pasaraya Barat, Padang. Foto: Dite Surendra/Jawa Pos
Siapa yang membiayai modifikasi" Jika pemilik angkot tidak mau mengeluarkan biaya, biasanya sopir akan mencari pinjaman. Lantas sang sopir mengangsurnya setiap hari dari potongan setoran. Tidak jarang ada sopir yang berani mendanainya sendiri. "Cuma kalau para sopir, biasanya mendanai yang ringan-ringan saja. Misalnya, memasang berbagai stiker di bodi atau boneka-boneka di bagian dalam. Yang besar-besar, juragan yang mendanai," terang Syafrion, 36, sopir angkot Tabing-Pasar Raya Padang.

Sejumlah pemilik angkot mengaku modifikasi sudah menjadi keharusan. "Kalau tidak, tidak ada sopir yang mau mengoperasikan angkot. Mereka beralasan angkot polos tidak laku," sebut Afif Syahril, 45, pemilik angkot Siteba-Pasar Raya Padang.

Pemilik angkot, seperti Afif, sebetulnya tak mau tahu soal modifikasi. "Tapi, ini sudah menyangkut pendapatan. Ya, mau bagaimana lagi. Harus!" tandasnya. Persaingan modifikasi pun memberikan berkah bagi bengkel-bengkel modifikasi di Padang. Bila bengkel di kota lain harus memburu pasar penggemar otomotif, di Padang pasar utamanya mungkin justru angkot.

Zam Januik, 40, yang kerap dipanggil dengan nama Zamzami, termasuk yang menuai keuntungan dari adu modifikasi angkot ini. Dia mengaku berinvestasi membuat toko cutting sticker EPM di Jalan Aru, Kecamatan Padang Timur, gara-gara angkot. Hendera Rahman, 46, pemilik sebuah bengkel modifikasi lain, mengaku memperoleh pendapatan lumayan. "Yang masuk bengkel saya mengeluarkan biaya Rp 2,5 juta hingga Rp 28 juta," ujarnya. (jpnn/c2/aza)

Anda sudah pernah pergi ke Padang? Bila suatu saat menginjakkan kaki di ibu kota Sumatera Barat ini, jangan terkejut bila menemui banyak mobil "balap"

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News