Hedonisme dan Korupsi
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Senin, 27 Maret 2023 – 20:21 WIB
jpnn.com - Setiap orang boleh saja menikmati hidup dengan membeli barang-barang mewah.
Secara naluriah manusia ingin menikmati hidup dan menghindari kesulitan dan penderitaan dalam hidup.
Persoalan akan muncul ketika seseorang bergaya hidup mewah melalui caya yang dianggap tidak wajar.
Gaya hidup mewah atau hedonisme sekarang menjadi labeling yang negatif, terutama karena mereka bergaya hedonisme hidup dari gaji pemerintah.
Ketika para selebritas bergaya hidup mewah dengan pamer kekayaan yang berlebihan, mereka disebut sebagai ‘’sultan’’.
Akan tetapi, ketika pegawai pemerintah pamer gaya hidup mewah, mereka disebut sebagai hedonis.
Para sultan dipuja-puja.
Terbukti dari jumlah follower mereka yang belasan juta.
Para netizen marah terhadap pamer kekayaan para pegawai pemerintah itu, dan mereka melakukan witch hunt, perburuan para tukang tenung.
BERITA TERKAIT
- Gugatan Praperadilan Dugaan Korupsi Ditolak, Mbak Ita Tak Terlihat di Balai Kota Semarang
- MBG Dicibir Netizen, tetapi Kenyataanya Bikin Siswa Senang
- Kasus Dugaan Korupsi Seleksi PPPK Langkat, 5 Tersangka Ditahan Kejati Sumut
- Siswanto Ungkap Kerugian Negara Akibat Korupsi Pajak di Aceh Barat
- Tegas! Todung Nilai Pemeriksaan Mantan Penyidik KPK Aneh dan Melanggar KUHAP
- Korupsi Dana PIP Universitas Bandung yang Merugikan Mahasiswa