Hendry Soelistyo, Melihat Peluang Bisnis dari Kemacetan Jakarta
Berawal dari Derita Selalu Terlambat Sampai Rumah
Kamis, 18 Agustus 2011 – 06:00 WIB
Hendry pun menyimpan keinginannya sembari menunggu waktu yang tepat dan menunggu turunnya harga-harga perangkat canggih yang dibutuhkan. Akhirnya, pada 2008, dia mulai melangkah. "Awalnya, saya hanya memasang 15 CCTV di titik rawan macet," jelasnya.
Dengan sedikit bercanda, dia menyatakan, CCTV yang dipasang waktu itu diprioritaskan hanya di titik-titik kemacetan jalur kantor dan rumahnya. Daerah pertama adalah Kebonjeruk, Gatot Subroto, Grogol, Serpong, dan Kemayoran. "Ya jelas dong, kan itu punya (jalur, Red) saya sendiri," ucapnya lantas ngakak.
Hendry tidak berjalan sendiri. Dia menggandeng beberapa kolega di tempat kerjanya. Sedikit demi sedikit dia terus menambah CCTV dan membenahi serta meng-up grade perangkat lunak untuk mendukung programnya.
Harga satu unit kamera mungil itu, kata Hendry, mencapai USD 500. Berarti, untuk membeli 72 CCTV, dirinya harus merogoh kocek sekitar USD 36.000 atau setara Rp 306 juta. Belum lagi pembelian peralatan lain. Harga itu pun, kata dia, adalah untuk kualitas CCTV menengah atau tidak terlalu baik tapi juga tidak terlalu buruk.
Kemacetan di Jakarta sudah menjadi santapan sehari-hari bagi warga ibu kota. Pemerintah pun seolah tak berdaya mengatasinya. Tapi, di tangan Hendry
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala